22

440 86 6
                                    

***

Keluar dari taksi, Lisa melangkah masuk ke dalam rumahnya sembari menggendong kucing Jiyong. Di belakangnya, Jiyong masih harus membayar ongkos taksinya, juga membawa barang-barang mereka. Pria itu harus membawa kotak-kotak donat yang Lisa beli, minuman mereka yang baru setengah diminum, juga keranjang kucingnya tadi.

Di rumah, Jennie sudah tidak di sana. Entah kemana gadis itu pergi, ia hanya meninggalkan pesan kalau dirinya tidak akan pulang malam ini. "Oh? Zoa! Malam ini hanya akan ada kita berdua, tidak apa-apa kan?" seru Lisa, bertanya pada kucing dalam gendongannya. Kucing yang sejak tadi duduk nyaman dalam dekapannya. "Tentu saja tidak apa-apa, eonni akan bermain denganmu," ocehnya, berjalan kembali ke ruang tengah, duduk di sofa kemudian menurunkan kucing itu dari gendongannya, membiarkan kucing itu berkeliaran di rumahnya.

"Ya! Jangan menghalangi jalanku," protes Jiyong, sebab kucingnya berlari melewatinya, hampir terinjak olehnya. Jiyong melangkah ke ruang tengah, meletakan barang-barang di tangannya ke atas meja.

"Huh? Zoa bukan kucingmu, iya kan?" selidik Lisa. "Apa dia kucing mantan kekasihmu? Yang kalian pelihara bersama?" tebaknya namun Jiyong hanya mengerutkan dahinya. Ia tidak pernah memelihara hewan bersama kekasihnya.

"Apa yang kau bicarakan?" balas Jiyong, enggan menjawab pertanyaan itu. "Aku akan pergi sebentar, membeli peralatan untuknya. Makanan dan pasir-"

"Ajak aku!" potong Lisa. "Ajak aku dan Zoa. Aku ingin ikut belanja," ulangnya.

Jiyong tidak kelihatan menyukai ide itu. Kalau Lisa ingin berbelanja, gadis itu bisa pergi sendiri. Jiyong lebih senang tinggal di rumah dibanding pergi berbelanja. Namun karena ia sudah banyak merepotkan rekan kerjanya itu, ia cukup tahu diri untuk tidak menyuruh Lisa pergi sendirian. Meski dengan sedikit terpaksa, ia mengiyakan permintaan Lisa. Mereka bisa pergi bertiga.

Pertemanan mereka terlihat sangat menyenangkan hari itu. Tidak ada pertengkaran meski keributan-keributan kecil tetap ada. Lalu setelah beberapa hari berlalu, Lisa sadar kalau hari itu adalah hari terakhirnya berteman dengan Jiyong.

Dalam hari-hari menjelang syuting pertama, pertengkaran tidak bisa ditahan. Mulai dari sulitnya mencari petugas keamanan sampai kesalnya Jiyong pada segala hal. Ketegangan terjadi di sana. Tidak bisa dielakkan. Hari ini mereka harus berkumpul, hari ini pukul 11 malam dan semua orang sudah lelah menyiapkan lokasi syuting. Besok, di pukul delapan pagi syutingnya akan di mulai, jadi sebelum memberi izin untuk pulang, Jiyong mengumpulkan semua orang.

Pria itu tidak berbasa-basi, ia langsung membagi tugas untuk syuting besok. Ia beritahu siapa yang menjadi juru kamera untuk siapa. Dia juga memberitahu apa tanggung jawab setiap orang. "Sutradara Jung, kau yang turun ke lapang. Aku tetap di ruang monitor," katanya, yang kemudian menoleh pada Lisa sekaligus melihat tiga anak magang yang berdiri dibelakang gadis itu. "Kalian bertiga memastikan tidak ada sampah di set besok," susulnya, asal memberi tugas pada anak-anak magang yang tidak ia sukai.

Anak-anak magang itu jelas kecewa, sebab selama beberapa hari menjelang syuting ini, tugas mereka hanya sebatas membersihkan sampah. Hanya sebatas memunguti sampah di sekitaran lokasi syuting, di setiap langkah yang mereka lewati. Namun meski begitu, meski mereka menunjukan dengan jelas perasaan kesal itu, semua orang sibuk. Tidak satupun senior peduli dengan perasaan mereka. Orang-orang bergerak dengan sangat cepat, memerintah satu sama lain seperti sistem yang sudah otomatis, tidak bisa disela.

Syuting akan berlangsung sangat lama. Para juri akan diminta menonton ratusan video audisi, memilih setengah diantara mereka, memutuskan siapa-siapa saja yang layak ikut seleksi tahap dua minggu depan. Syuting yang sangat lama itu dilakukan di dalam sebuah studio. Sebuah ruangan besar yang sudah penuh dengan kamera, diset layaknya sebuah bioskop kecil dengan layar besar, pengeras suara, tribun penonton dengan bantal-bantal yang nyaman termasuk sebuah lemari es berpintu kaca yang penuh minum-minuman dari sponsor.

Traffic Light Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang