Wow
Banyak yang nanyain kapan gue ngomong. Terus juga banyak yang ngatain gue bisu soalnya nggak mau ngomong. Itu yang ngatain gue sumpahin pantatnya kerlap kerlip kaya kembang api. Toh juga nggak ada yang penting buat gue omongin.
Jadi cerita ini sampai sini doang.
"Gabisa ini, gabisa! Om kalo pengen ngutang bilang, jangan pake pinjol dong! Yang kena kan si John!"
Nggak jadi end deh.
Bapak gue dari tadi ngangguk doang pas Sansa ngomel. Kopi yang doi seruput keliatan dingin. Bahkan kumisnya keliatan letoy, dahsyat juga pengaruh Sansa.
"Liat John sekarang!"
Apa yang perlu diliat dari gue? Ganteng? Ya jelas dari lahir.
"Mukanya makin jelek!" maki Sansa dengan telunjuk di depan muka gue, "Badannya remuk!"
Woi! Gada yg remuk, cuma kesleo dikit.
"Bagaimana bisa seorang Papa tidak menjaga anaknya? Om niat gasi jadi orang tua? Kalo ganiat out aja dari kartu keluarga, aku bisa ngerawat John lebih baik daripada Om Burhan!"
BTW, bapak gue namanya bukan Burhan tolol!
Sansa makin ngelantur.
Bapak gue malah cekikikan, doi bukannya membela diri malah keluar sambil ngasi jari tengah ke Sansa. Orang tua Goblok.
Sansa keliatan mengatur napasnya, kayanya dia... Bengek?
"gimana akting gue John?" noleh sambil senyum lebar, Sansa duduk di sisi kasur. "lo jadi anak gue aja deh. Gue udah punya ktp dan legal buat adopsi anak."
Gue ngehela napas letoy, "ntar deh gue pikirin." soalnya kalau gue tolak nanti Sansa ngereog.
"Soal utang bokap lu udah gue urus," Sansa ngibasin tangannya seolah hal yang mudah buat dia, "maksud gue si Sunday yang urus. Sama orang yang gebukin lo juga udah diurus dengan lembut." lanjut Sansa dibarengin kedipan mata.
Thankfully Sansa's Family dengan segala kekayaan dan kelimpaham rejekinya. Idup gue serasa lebih mudah 1069% dari orang normal.
Gue bangkit dari tidur, lalu duduk sandaran. "gue harus sujud atau gimana nih?"
"sujud? Mending lo jilatin pantat Sunday. Dia yang kerja keras." Sansa ngasi tunjuk hapenya yang ada video aksi penyelamatan gue, "nih Sunday yang nolongin lo, meski ada Roy sama Benny yang jadi tim hore."
Oh, jadi pas gue digebukin sama dept collector, dua bocah kampret cuma ngeliatin doang? Atau sambil makan popcorn juga?
"Terus gue pingsan, Sa?"
Sansa mengangguk sambil menyimpan hapenya di saku, "yap, betul."
Lemah banget bocahnya. Kayanya gue kudu ikut Sansa latihan silat.
"bye the way, Adline dkk bakalan kesini dua menit lagi." Ucap Sansa yang beberapa detik kemudian pintu kamar gue diketok brutal dari luar. "oke, ternyata lebih cepet."
Pintu gue kayaknya hampir jebol. Bocah-bocah kampret muncul bergerombol mirip kambing diantaranya yaitu; Adline, Roy, Benny, dan Victor alias Sunday.
Beny yang beneran kambing langsung nyerondol, "lo gapapa kan John? Plis gue liat langsung lo tadi pagi digaplok pake batu bata. Kok lo masih napas sekarang?"
Gue ngehela napas 3L, ya betul Lelah Letih Lesu.
"Lo udah makan belum, John? Gue bawain seblak nih." Adline menyingkirkan Benny lalu nyodorin gue sebungkus seblak. "katanya seblak bisa bikin mood baikan."
KAMU SEDANG MEMBACA
ROY-ABLE - [END]
Ficção Adolescente[Young-Adult] Roy itu cuek. Dia misterius. Gue jadi sahabatnya aja bingung. Sampai kejadian itu merubah persahabatan kami. Roy ternyata lebih kompleks dari kata Dingin dan Cuek. Dia mengambil sesuatu yang tak harusnya dia ambil. Gue takut. Takut jat...