"gimana rasanya ini ?"Gue natap Roy curiga. Apa Roy pingin nyium gue ?
Roy kemudian mendekatkan wajahnya ke gue, bahkan hidungnya nyentuh hidung gue. Tatapan dinginnya seolah ngasih tau keinginannya yang sebenarnya gue takutin. Kemudian tatapannya beralih kebibir gue. Dengan refleks gue nyeletuk, "lo pingin nyium gue ?"
Roy kembali natap mata gue. Seringai menjijikan keluar dari wajahnya. Wow! Gue baru pertama kali liat ekspresi Roy yang kayak gini. Kayaknya Roy emang pingin nyium gue deh. Duh gimana nih!! Gue kan enggak pernah ciuman selama ini. Masa sih ciuman pertama gue harus sama manusia Es ini. Bisa-bisa bibir gue beku.
"bukan sama lo." Jawab Roy menarik wajahnya dan kembali duduk dengan normal.
Gue mendekat, "kalau bukan sama gue, terus sama siapa ?"
Roy mengeluarkan bukunya dan menatap lurus kedepan, tapi senyum tipis masih tersungging di bibirnya. Dia noleh, "gimana rasanya pas lo pingin nyium seseorang ?"
Lah, gue mana tahu rasanya pingin nyium orang. Gue aja belum pernah ciuman. Dan... gue ini cewek polos ya! Mana pernah tuh kepikiran buat nyium orang. Sinting, ya kali gue mesum kayak Sansa. Tapi Sansa juga kayaknya belum pernah ciuman deh.
"gue enggak pernah pingin nyium seseorang." Jawab gue sedikit heran dengan Roy, "lo kenapa tanya kayak begituan? Jangan-jangan.. lo.."
"gue suka sama seseorang." Tukas Roy.
Gue melongo kaget. Dengan cepat Roy menutup mulut gue dengan buku. Gue langsung menyentak buku itu dan kembali menatap Roy dengan penasaran. "cewek kan ?"
Roy mengangguk dengan senyuman manis. Ya tuhan, Roy senyum.. kenapa gue jadi leleh gini ya ? kapan terakhir kali gue liat Roy senyum semanis ini ? oh iya, pas gue ngasih hadiah makanan kucing kualitas bagus di acara ulang tahunnya dulu. Dan hem, gue baru inget deh. Ulang tahun Roy kan kurang 4 hari lagi.
"siapa ? siapa dia ? cantik enggak ?" tanya gue menggebu-gebu.
Roy menoleh, "cantik banget. Pertama kalinya gue pingin nyium cewek." Entah apa yang dibayangkan Roy kali ini, jangan sampai deh mikir plus-plus. "tapi dia kakak kelas,"
Gue menjentikan jari, "mau kakak kelas ataupun adek kelas, mau tukang sales ataupun tukang pukul, kalau elo yang deketin pasti mau. Secara kan sahabat gue ini—"gue nepuk bahunya, "—gantengnya enggak ketulungan."
"emang lo mau ?"tanyanya cepat.
Gue nelen ludah. Menggeleng.
"gue enggak mau pacaran sama cowok Es kayak lo!" ucap gue pada akhirnya.
Gue tadi melihat guratan kecewa di wajah Roy, tapi kemudian kembali ke wajah dinginnya. Btw, gue tadi enggak salah liat kan ?
"jadi gimana, namanya siapa ?" gue kembali kepoin Roy.
"Welna Sazahra."
Gue ngangguk mantep. "oke dah, nanti gue cari informasi tentang dia. Biar lo gercep!!" lagi-lagi gue nepuk bahunya, "biar enggak jomblo."
Roy mendengus, "ngaca! Lo juga jomblo."
Jleb!
Btw, gue juga jomblo sih. Hahaha, miris sekali.
Sampek jam pelajaran berakhir, gue masih mikirin cewek yang namanya Welna Sazahra. Kalau dia emang cantik banget, pastinya populer dong dan gue pasti tahu. Tapi ini namanya aja gue enggak pernah tahu. Duh jadi penasaran kan gue.
Roy tadi pamitan pulang duluan dan gue sekarang bingung pulangnya mau nebeng siapa. Mau jalan kaki, tapi males. Gue nyari Beny seisi kelas, tapi enggak ada. Bahkan Sansa pun juga enggak ada. Sampai pas di koridor kelas 12 gue ketemu sama cowok datar alias John. Dia ngeliatin gue datar kayak aspal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROY-ABLE - [END]
أدب المراهقين[Young-Adult] Roy itu cuek. Dia misterius. Gue jadi sahabatnya aja bingung. Sampai kejadian itu merubah persahabatan kami. Roy ternyata lebih kompleks dari kata Dingin dan Cuek. Dia mengambil sesuatu yang tak harusnya dia ambil. Gue takut. Takut jat...