Ternyata gue terlalu berburuk sangka sama Roy. Setelah Beny menerobos rumah Roy dan membuat onar di berbagai sudut rumah Roy yang kebetulan sepi, Roy bahkan nggak ngelirik Beny sama sekali. Masih sibuk dengan ponselnya, Roy mengubah posisi duduknya di sofa agar lebih nyaman, sedangkan Beny masih terus berusaha ngajak Roy bicara.
"Rumah lo kok sepi sih ?" tanya Beny antusias.
"nyokap Roy lagi arisan." Dan ini gue yang jawab.
Beny mengangguk-angguk sembari menggosok dagunya dan terlihat seolah-olah berfikir keras, kemudian senyum aneh muncul di bibirnya. "Adline.." panggilnya.
Gue noleh. Beny masih nampilin senyuman aneh yang sekarang bikin gue merinding. Mulai kapan si Kunyuk ini punya wajah yang lumayan, apa gue aja yang nggak nyadar ? yah, kalian harus tau gimana rasanya temenan sama cowok tampan badas kayak Roy, pasti cowok lain bakalan keliatan bobrok di mata kalian.
"lo suka jenis film apa ?"
"action ?" gue kayaknya suka jenis film action, tapi kalau di pikir-pikir lagi gue suka semua jenis film sih. Bahkan sinetron yang 3 tahun nggak tamat-tamat itu aja gue liat.
Beny menjentikkan tanganya antusias, "kebetulan banget gue punya film action baru.." Beny melirik Roy "bagus banget, banyak adegan perkelahian gitu deh.."
Roy kemudian melirik Beny. Kedua alisnya naik, tapi wajahnya tetap dingin dan cuek. Dia menyimpan ponselnya di saku dan kemudian bersindekap sembari menatap tajam Beny yang sekarang sudah ada di depan TV untuk memutar DVD film yang dimaksud Beny tadi.
"Roy! Gue nonton film 'Action' disini nggak apa-apa kan ?" entah kenapa Beny menekankan pada kata Action, dan gue lihat ekspresi Roy udah nggak dingin lagi. Ehm, apa ini ya. Beberapa kerutan di dahinya dan matanya menyipit. Sedangkan Beny Cuma meringis nggak jelas.
Beny duduk di samping gue, sedangkan Roy sekarang sudah berpindah duduk di samping gue juga. Saat film pada bagian pembukaan, Beny bergerak nggak tenang. Kayak nggak sabar gitu. Sedangkan Roy malah gue lihatnya gelisah. Sebenernya ini film action apaan sih.
"ini bukan bokep kan ?" celetuk Roy bikin gue sama Roy kaget.
Gue langsung nabok lengan Roy. "apaan lo ngomong bokep. Nggak mungkin lah Beny ngasih liat gue bokep." Lalu gue noleh ke Beny minta tanggapan. Tapi si Beny Cuma meringis.
Kok perasaan gue nggak enak ya ?
"ini bukan film bokep." Gue coba menyakinkan diri.
Kedua cowok di samping gue spontan natap gue kaget.
"lo nggak pernah nonton bokep ?" tanya Beny dan dia tambah kaget setelah gue ngangguk. "padahal lo temenan sama Sansa si presidennya bokep !!"
Gue geleng-geleng nggak paham.
"selama ini kemana aja lo ?" espresi Beny sangat lebay, gue nggak tahan pingin muntah. "lo nggak pernah nonton bokep, tapi lo udah sering praktekinnya! Sama Roy ?"
Sedetik kemudian tangan Roy sudah melayang mengeplak kepala Beny. Bukannya kesakitan, Beny malah cekikikan.
"Roy udah ngapain aja ?" Beny menaik turunkan alisnya goda gue, "Adline, nggak nyangka gue kalau lo udah.. hmpft..." kepala Beny sekarang sudah tertekan ke sofa karena Roy.
Kalau begini Roy bisa bunuh Beny. Gue langsung ngelerai mereka. Roy dengan wajah dinginnya dan Beny masih terus mencoba menggoda Roy. Dan gue... spontan teriak karena sekarang di layar TV sedang menampilkan adegan 17++.
Sumpah!
17++
"mereka beneran gituan ?" cicit gue yang entah di dengar mereka apa nggak, tapi setelah itu Roy sudah mendesah lega sembari meronggoh ponselnya dan kembali sibuk sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROY-ABLE - [END]
Teen Fiction[Young-Adult] Roy itu cuek. Dia misterius. Gue jadi sahabatnya aja bingung. Sampai kejadian itu merubah persahabatan kami. Roy ternyata lebih kompleks dari kata Dingin dan Cuek. Dia mengambil sesuatu yang tak harusnya dia ambil. Gue takut. Takut jat...