24

27.8K 1.2K 8
                                    

Tara!!!
Kejutan nih!!!

Up lagi.. Ini buat nebus yang kemaren² gk update Roy-able uhh!! Gpp kan ya ? Soalnya besok² ini bakalan lebih sulit lagi buat up dan emang part-nya menyulitkan.

Terimakasih buat vote dan comment nya.. Yuna sangatlah senang dengan antusiasme kalian semua.. (。♥‿♥。)

Happy reading guys!

*****

Kacau nih kacau!

Gue pulang dengan selamat dengan Grab yang di pesanin Beny. Biasanya gue bakalan ngancir ke kamar, tapi sekarang gue ngancir ke kamar Roy. Kebetulan Mamanya Roy lagi nonton TV dan gue di suruh naik aja.

"Roy ?" gue buka pintu kamarnya dengan pelan. Kamar yang semula gelap langsung remang-remang. Gue melihat Roy duduk di ranjangnya sambil menunduk. Tangan gue terulur ingin menyentuh bahunya tapi Roy langsung menyentaknya.

Hey! Ini aneh!

"Lo masih peduli sama gue ?" matanya yang tajam terlihat merah dalam keremangan ini, kaos tipisnya terlihat sedikit basah di beberapa bagian.

"kalau lo ngomongnya nggak jelas, gue nggak bakalan paham." Duduk di sampingnya meski gue geregatan pingin nabok ini anak.

"Ngapain lo masih datengin John?" deru napasnya terdengar berat, "Gue nggak suka."

"Dia teman gue, dan lo nggak berhak ngelarang gue jenguk temen gue." gue mulai emosi nih guys, "Gue tahu kita udah pacaran. Lo cowok gue dan gue cewek lo. Tapi ada batasan-batasan yang nggak boleh lo paksakan ke gue.. salah satunya tentang John."

Roy menoleh dengan tatapan tajam.

"Lo percaya ke gue sekali aja bisa nggak Roy ?" gue genggam tangannya, "John Cuma sepupu Sansa dan sekaligus temen gue."

"Setelah apa yang pernah gue liat ? Dia melumat bibir lo! gue harus diam ? gue harus pura-pura bodoh ? sedangkan elo masih deket dan setiap waktu bisa aja mengulangi itu!" Roy mencengkram tangan gue dengan kasar, "Katakan kalau kekhawatiran gue salah."

"Roy," gue berusaha melepaskan cengkramannya di tangan gue, "Yang perlu lo lakuin Cuma harus percaya ke gue."

"Dan dia bisa bebas nyentuh lo ?"

Gue menggeleng. "Percaya ke gue,"

Roy juga menggeleng, "kenyataannya lo lebih milih dia dari pada gue."

"Roy!"

"Gue nggak pernah minta banyak hal ke elo. Gue tadi pagi Cuma minta lo nungguin gue tanding, tapi kenyataanya lo malah lebih milih nungguin John." wajahnya nampak kecewa berat, "gue nggak minta lo selalu ada buat gue kok, Line. Gue Cuma minta hati lo selalu ada buat gue."

Dari mana ini anak tau kalau gue ke John?

"Hati gue punya lo, Roy." Ucap gue lirih.

Roy menggeleng. "Lo sering meragu saat bersama gue."

Dan ternyata lo menyadarinya Roy!

"Apa yang lo takutin, Line ?"

Gue natap matanya dengan seksama. Memindai alisnya yang tebal lalu jatuh ke hidungnya yang manjung luar biasa. "Gue nggak takut apa-apa, kecuali rasa kesepian." Gue mengulas senyum terpaksa karena perasaan gue emang nggak lagi bisa di senyumin. "Dan saat gue bersama lo, rasa itu sering muncul."

"Apa kurang gue ?"

"Dingin, lo terlalu dingin."

Puluhan kali gue ngomong soal ini, Dan puluhan kali gue merasa bakalan balik lagi ngomongin soal ini.

ROY-ABLE - [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang