Pagi hari gue dapet Screanshoot jawaban PR Fisika yang tadi malam berusaha gue kerjakan bareng Sansa, tapi gagal karena Mada terusan mengganggu Sansa. Btw, yang ngirim Screanshoot-an adalah Roy. Ihh.. baik banget dia.
Setelah gue menyalin di buku tugas, Sansa keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit tubuhnya. Dia mengeringkan rambutnya dengan handuk dan kemudian berjalan ke lemari sembari menatap gue aneh.
"rajin amat lo belajar." Celetuk Sansa yang sedang memakai seragam-nya.
Gue melengos. "belajar pantat lo! Gue lagi nyalin PR fisika."
"dapet dari mana ?"
"Roy yang ngirim."
Sansa mengeringkan rambut dengan hairdryer. "ohh"
Gue natap Sansa yang terlihat lebih baik dari kemaren. "jadi lo dan Mada itu emang teman masa kecil ?"
Sansa hanya mengangguk.
Gue jadi inget pas John dan Mada tadi pagi bangun karena di siram air oleh Sansa. Wajah John terlihat cengo dan lucu banget. Sedangkan Mada malah ngumpat-ngumpat nggak jelas lalu keluar kamar. Gue tanya ke John kenapa dengan Mada, John hanya geleng-geleng sambil merasakan segarnya air yang masih di siramkan oleh Sansa.
"kayaknya gue kudu nyari pacar deh, Line." Sansa menyisir rambutnya, "biar Mada enggak gangguin gue lagi."
"ngapain sih, San ?" gue menutup buku tugas. "udah deh sama Mada aja, kata John dia anaknya baik. Sayang, emang sedikit mesum. Tapi kan elo juga mesum, cocok banget tau."
Sansa mendengus kesal. "Line, lo ngerti nggak kalau cowok macam Mada itu godaan."
"maksudnya ?"
"Mada itu cogan bangets. Muka dia bisa imut, bisa manis, bisa tampan badai, dan juga bisa hott gilaa."
"maksudnya gimana nih ?"
"singkatnya dia itu love-able. Semua orang bisa suka sama dia, dan enggak mungkirin gue emang suka sama dia kalau liat tampangnya aja."
"terus terus."
"sayangnya dia mesum juga." Sansa berjalan menuju meja belajarnya, "gue enggak nyangka dia bisa semesum itu. Bukannya apa ya, Line. Gue bukannya munafik atau gimana, tapi gue takut kalau gue udah jatuh banget sama Mada, gue bisa ngasih dia apa aja. Termasuk harta gue yang paling berharga. Elo paham kan ?"
Gue ngangguk.
"baru pertama kali ketemu dia udah berani grepe-grepe pantat gue, terus kemaren dia mau dobrak pintu kamar mandi dan pas elo tinggal.. dia nyium gue."
Gue melongo kaget. "pas gue sama John keluar ?"
Sansa ngangguk.
"di bibir ?"
Sansa memasukan buku ke tas. "untungnya enggak."
Gue langsung meringsek mendekati Sansa. "dia nyium pipi lo ?"
Sansa mendorong tubuh gue karena risih. "enggak juga."
Gue kembali merapat ke tubuhnya. "terus apaan yang dicium ?"
Sansa menatap gue tepat di mata. Ada rasa penasaran di wajahnya tapi juga ada sebuah kesimpulan. Singkat kata, Sansa kebingungan. Dia bergerak tak nyaman kemudian kembali menatap gue dengan serius.
"dia nyium kening gue."
Lalu ?
"nyiumnya enggak pake napsu."
Dan ?
"gue takut, Line." Rengek Sansa sembari menggoncangkan tubuh gue dengan dramatis.
Oke. Kita biarin saja Sansa dengan kebingungannya dan gue dengan chat Roy yang mengatakan kalau Mikke—kucing peliharaan Roy yang ke-4—diare dan sedang rawat inap di salah satu klinik hewan tengah kota. Sebenernya gue enggak terlalu peduli, tapi mengingat Mikke ini baik hati dan suka ngedusel manja ke gue, jadi gue berniat menjenguknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROY-ABLE - [END]
Teen Fiction[Young-Adult] Roy itu cuek. Dia misterius. Gue jadi sahabatnya aja bingung. Sampai kejadian itu merubah persahabatan kami. Roy ternyata lebih kompleks dari kata Dingin dan Cuek. Dia mengambil sesuatu yang tak harusnya dia ambil. Gue takut. Takut jat...