5

54.3K 2.2K 54
                                    

"John?"

Satu kata buat cowok datar di depan gue ini. Sialan. Dia ini John yang—katanya Beny—dingin banget itu.

Cepat-cepat gue nguasain ekspresi. Gue sedikit memberi jarak antara mukanya yang keliatan mau nyosor gue. Dengan teliti gue liat John dari bawah sampai atas. Hem, kayak emang nggak asing. Gue mikir lagi ini anak kenapa tahu kalau gue mantannya Juan, padahal secara teknis gue belum putus sama Juan. Apa Juan yang cerita ? berarti Juan nganggep gue mantannya. Hem, kok sakit ya.

"Line, lo kenal sama ini anak ?" tanya Sansa yang nongol dari belakang dan kemudian nyerondol kedepan. Matanya agak melotot saat melihat John, tangannya dengan cepat merangkulku dan menarik kearah belakang.

"lo jangan deket-deket sama cowok brengsek ini." Ucap Sansa penuh penekanan.

Alis gue kayaknya udah nyatu jadi satu. Kerutan di dahi kayaknya nggak bisa di cegah lagi, mungkin besok gue bakalan keriputan gitu. Oke, balik lagi. Kenapa Sansa bilang kalau John ini adalah cowok brengsek. Padahal kalau gue boleh jujur, ini cowok lumayan ganteng kok—kalau nggak datar.

"Lo masih gamon sama gue ?" ucap John dengan ekspresi yang tak kalah datarnya dengan dada Sansa.

Oh oke. Apa maksud John tentang Sansa yang gamon sama dia ? Piktor gue berkelana buana membuat spekulasi lebih kotor lagi.

Sansa memutar bola matanya, "gamon dari biji lo ?" tangannya sudah melepas rangkulannya dari gue. "emang lo brengsek kan." Balas Sansa lebih sinis lagi.

Gue makin bingung nih.
"tunggu dulu!" gue memotong sebelum Sansa mengeluarkan lebih banyak kata mutiaranya. "jadi... kalian ini pernah pacaran ?"

Mereka berdua diam setelah mendengar spekulasi gue. Sansa melongo lebar, sedangkan John masih datar aja. "atau masih pacaran ?" lanjut gue meminta penjelasan. Tapi apa yang terjadi diluar ekspetasi gue. Sansa dan John itu malah balik lagi ketempat asal. Gue melongo pas ngeliat mereka udah duduk di kursinya masing-masing, melanjutkan aktivitas mereka sebelumnya, dan melupakan gue yang masih merasa digantungin.

"kalian berdua lebih brengsek!!" umpat gue tertahan. Mereka berdua Cuma ngelirik gue dan kemudian kembali sibuk dengan aktivitasnya. Bahkan pas gue uring-uringan gebrak meja, mereka nggak melirik sama sekali. Oke fix, gue emosi.

"lo!!" gue nunjuk muka John sambil bersungut-sungut. "gue belum putus dari Juan. Kalaupun Juan yang ngomong kalau gue mantannya, bilangin kalau gue belum nerima surat putus dari dia."

John menatap gue heran. Mulutnya membuka ingin bicara, tapi sebelum itu gue udah nyerocos lagi. "gue nggak suka muka datar lo. Perbaikin dikit, biar gue enak aja liatinnya." Kemudian gue balik arah ke Sansa. Rambut kuncir kudanya gue tarik. Dia tersentak kaget kemudian menatap gue dengan muka bertanya-tanya.

"lo juga. Kenapa bilang ini cowok datar brengsek ? Terus nyuruh gue buat nggak deket-deket. Padahal gue juga nggak kenal ini cowok." Gue nunjuk-nunjuk John yang sekarang sudah berada di samping gue. "ini cowok ngomong kalau lo gamon sama dia. Tapi lo nggak jelasin ke gue itu bener apa nggak. Gue nggak bisa ditinggal penasaran kayak gini." Kayaknya gue udah hampir  mencak-mencak.

"gue pikir ini anak pendiam."celetuk John.

Sansa manggut-manggut mengiyakan ucapan John. "dulu.. gue juga mikir ini anak pendiam."

"ternyata ganas!" ucap John dengan wajah datarnya.

"Agresif!" tambah Sansa.

Muka gue rasanya panas. Kayaknya gue emang lagi marah kali ini.

Tanpa gue duga tiba-tiba Sansa merangkul pundak John, tapi Sansa tak sampai karena John terlalu tinggi. John merasa risih dan melepaskan rangkulan Sansa.

ROY-ABLE - [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang