[Young-Adult]
Roy itu cuek. Dia misterius. Gue jadi sahabatnya aja bingung. Sampai kejadian itu merubah persahabatan kami.
Roy ternyata lebih kompleks dari kata Dingin dan Cuek.
Dia mengambil sesuatu yang tak harusnya dia ambil.
Gue takut. Takut jat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari apa sekarang ?
Uhhh....
Bangun tidur bukannya gue ngulet kayak putri kerajaan, malah nyari seragam yang gue pakai kemarin. Tergeletak lecet di atas sofa, langsung saja gue lempar ke pojokan kamar. Ah sial, dari warna abu-abu kebiruan seragam tadi menandakan bahwa sekarang masih hari selasa. Salah satu kelemahan gue itu ya sulit mengingat hari. Tapi tenang permisah, gue punya bodyguard setia yang selalu ngingetin gue soal nama-nama hari dalam seminggu.
Gue udah jalan menuju kamar mandi, tapi suara lengguhan berat dengan panggilan-panggilan jahanam mengalihkan dunia gue. "Sayang, hape kamu bunyi nih..." gue noleh ke atas ranjang yang diatasnya terdapat seonggok manusia hina dengan status sebagai tunangan gue. "Aku masih ngantuk. Cepetan matiin alarmnyaaa..." rengek Mada menyodorkan ponsel meskipun kepalanya tertindih boneka beruang hijau raksasa milik gue.
Dengan ogahan gue matiin alarmnya. Tak sengaja gue menatap cermin besar dengan hiasan lampu tumblr di sekelilingnya. Gue ngeliatin tubuh gue yang hanya pake BH dan Sempak. Sumpah! Ternyata beneran kata John, Beny dan Adline— semua sahabat terbangke. Dada dan pantat gue TEPOS! BANGET!
Sialan! Gue baper 'kan pagi ini.
"Kamu seksi." Ucap Mada yang sudah melingkarkan tangannya di pinggang gue, "Makin dilihat jadi pengen deh." Dan kemudian lidahnya sudah memberi jejak di pantat tepos gue.
Pengen gue tampol wajahnya, tapi sayangnya gue udah terlanjur sayang. "Gue beneran tepos ya, Beb ?" tanya gue masih fokus memperhatikan dada gue. Hem, makin dipandang kok malah makin datar kayak aspal.
"Tepos dari mana ?" tangan Mada menangkup dada gua, seketika tangganya udah gue ceples sampai terdengar suara menyakitkan. "Tangan aku masih bisa merasakan kenyal-kenyal enak kok." Lanjutnya dengan ringisan kesakitan.
Gue muter bola mata dengan jengah. Ya iyalah dia ngomong gitu, kan dia Cuma mau enaknya aja dari gue. Setiap kali gue gerutu tentang dada gue, dia bakalan nyemangatin lalu ngasih saran buat grepe-grepe dada gue biar tambah besar. Dan kejadian selanjutnya Mada mendapat jejak merah menyakitkan berbentuk jemari tangan di wajahnya.
"Permisi." Gue dan Mada langsung noleh ke arah pintu yang sedang terbuka dengan sosok berwajah datar memakai seragam putih abu kebiruan. "Nona harus mandi secepatnya. Tuan dan Nyonya menunggu di meja makan untuk sarapan."
Seketika Mada menyelimuti tubuh gue yang setengah tanjang. Dengan tatapan sinis dia mencoba mengintimidasi bodyguard gue atau bisa kita panggil saja Sunday. Kalau mau tau kenapa gue manggil dia Sunday, itu karena dia resmi jadi bodyguard gue saat hari minggu. Padahal gue sendiri waktu itu nggak tahu juga hari apa. Pokoknya pas gue libur sekolah kayaknya. Entah tanggal merah atau emang dimerahin sendiri sama gue.
"Sayang, kamu kok biarin Victor lancang masuk kamar sih ?" tanya Mada sembari mengikat tubuh gue dengan selimut.
Gue mendesah lelah. "Lo sendiri juga lancang masuk kamar gue." melihat wajah Mada yang nyengir sok malu, gue makin jengah. Meski jengah gue juga masih sayang kok!