Warning!
Terdapat adegan eksplisit yang terlalu di ekspose.
.
Mohon menjauh jika merasa bukan bacaan yang tepat. Lebih baik menjauh dari pada menghujat. Yuna nggak suka di hujat soalnya (╯︵╰,)
.
Bab 15 ada 2 bagian.
.
Happy reading.
.
.***
Gue menganga lebar mendengar alasan Roy. Bahkan Welna Cuma geleng-geleng kepala mendengarnya, kemudian pamitan ke toilet. Gue lirik lagi Roy yang masih terasa dingin di mata gue.
"Maksud lo apaan Roy ?" tanya gue lirih sambil berhati-hati seumpama Roy berniat jedotin kepala gue ke kursi.
Roy melirik tajam, "Ini nih yang bikin gue enggan ngomongin ini, elo nggak peka banget, Line."
Gue narik tangan Roy yang ada di atas meja. Gue genggam dengan erat. Namun reaksi Roy kemudian membuat alis gue saling bertautan. Gue lihat jemari Roy yang gue genggam. Buku jari Roy lecet dengan beberapa bagian yang terdapat darah mengering.
"Roy ini kenapa ?" tanya gue panik.
Roy menggeleng. "Cuma jatoh pas latihan basket."
Gue mengelusnya dengan perlahan. Roy meringis lalu menarik tangannya.
"Roy, gue minta maaf kalau buat lo marah," Gue natap Roy penuh permohonan, "Gue salah udah kepoin hubungan lo sama Welna. Harusnya gue nunggu elo cerita aja, nggak sampek nekat ngajak ngobrol Welna."
Roy geleng-geleng.
"Gue yang salah, Roy." Lalu kemudian gue tabok lengan Roy, "Elo juga salah! ngapain juga nggak cerita ke gue, padahal udah tahu gue itu tingkat kekepoannya angkut."
"Tapi pernyataan gue tentang elo cuma milik gue, itu serius." ucap Roy.
Kepala gue pusing, "Gue bingung dengan sikap lo. Plis, to the point deh!"
Roy menggeleng seraya tersenyum tipis, "Nanti, gue bakalan ngomong semuanya di hari ulang tahun gue."
Sialan! Hari ulang tahun Roy minggu ini. Duh! Kurang dua hari lagi nih, dan gue belum siapin apa-apa.
"Oke, gue tunggu."
Selang beberapa menit kemudian Welna datang sambil mengulas senyum manisnya. Dia meminta maaf karena dia tadi ketemu teman lamanya di dalam toilet.
"Roy, mau kakak yang bilang ke Adline apa kamu sendiri yang bilang ?" tanya Welna serius ke Roy.
"Lo aja." jawab Roy.
"Jadi Adline, Kakak ini sepupunya Roy. Kamu nggak usah cemburu atau apapun itu. Hubungan kakak dengan Roy hanya sebatas sepupuan. Kamu jangan percaya dengan Roy yang mengatakan kencan atau apapun itu bersama Kakak. Dia Cuma ngadalin kamu." Jelas Welna.
Gue melolot mendengar penjelasan itu. Sedetik tadi Roy terkekeh, namun dengan cepat membuang muka pas gue liatin.
"Jadi rencana Roy mau nyium Kakak itu juga Cuma kebohongan Roy ?"
Welna mengerutkan dahinya, "Roy bilang begitu ?"
Gue ngangguk.
"Dasar anak nakal!" Welna langsung menjewer telinga Roy, "Kelakuan begini nih mau milikin Adline, tingkahnya aja sok dingin, tapi kalau di tinggal Adline sama cowok lain marah."
"Ampun, Kak." Roy meringis kesakitan sembari melepaskan tangan Welna dari telinganya.
Welna melepaskan jewerannya. "Kakak nggak mau ikutan masalah kalian. Selesain sendiri, Kakak mau pulang aja. Bye!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ROY-ABLE - [END]
Teen Fiction[Young-Adult] Roy itu cuek. Dia misterius. Gue jadi sahabatnya aja bingung. Sampai kejadian itu merubah persahabatan kami. Roy ternyata lebih kompleks dari kata Dingin dan Cuek. Dia mengambil sesuatu yang tak harusnya dia ambil. Gue takut. Takut jat...