Sansa merasa risih dengan kehadiran Mada di antara sesi ngerjain PR ini. Sansa terus menerus mengumpat saat Mada dengan sengaja mendekat dan berusaha menyentuh Sansa. Gue Cuma bisa ngeliatin geli dan John malah tidur di samping meja.
"kalian keliatan akrab ya." Celetuk gue.
Mada seketika berhenti mencoba menyentuh rambut Sansa, sedangkan Sansa melototin gue dengan galak.
"Adline lo kok enggak nolongin gue jauhin ini anak setan ?" Sansa terlihat kecewa.
Gue tersenyum tipis. "Mada kan teman lo dari kecil. Harusnya elo ngerti cara jauhin dia."
Alis Sansa saling bertautan. "teman dari kecil apaan ? gue aja baru ketemu."
Gue menatap Mada meminta jawaban. Apa gue tadi salah dengar ya ? eh kayaknya yang teman dari kecilnya Mada itu John. Hem, emangnya Sansa bukan temannya juga ?
"dia enggak ingat sama gue, Line." Ujar Mada. "padahal dulu Sansa baik banget sama gue."
Bingung dah gue. Sebenernya Mada ini teman masa kecilnya Sansa apa bukan ya ? kayaknya si iya.. buktinya dari kalimat Mada tadi. Lalu kenapa Sansa sok enggak inget gitu ?
"San. Elo masa enggak ingat sama gue ?" tanya Mada sambil nunjuk dirinya sendiri.
"enggak !" Sansa menjauhkan diri dari Mada, tapi Mada terus nempelin Sansa.
"gue anaknya Pak Made." Kata Mada mencoba mengingatkan Sansa.
Dahi Sansa berkerut dan berkedut tak konsisten. Dia keliatan berusaha mengingat. "jangan bilang Pak Made yang vilanya sebelahan sama vila keluarga gue di bali ?" Sansa melotot sambil nunjuk muka Mada yang menyeringai.
"kalian beneran teman pas kecil ?" tanya gue kepada dua orang yang lagi saling tatap.
"sumpah gue enggak sadar." Guman Sansa menatap Mada tak percaya. "elo berubah banyak."
Mada tersenyum. "elo enggak berubah sama sekali."
"kalian beneran teman pas kecil ?" tanya gue lagi berharap mereka menjawabnya.
Mereka masih saling tatap aneh gitu. Gue udah enggak kuat diabaikan, jadi gue narik telinga John biar bangun. Setelah John bangun, gue tarik dia keluar dari kamar dan menuju taman belakang rumah Sansa. Enggak gue kira di rumah Sansa ada rumah pohon. John gue paksa naik dan kemudian gue menyusul. John masih terlihat mengantuk dengan mata yang menyipit. Kesannya kok lucu ya.
"ngapain lo ngajak gue kesini ?" tanya John sambil menguap lebar.
Iya yaa.. ngapain gue ngajak John kesini. Padahal gue kan bisa kesini sendirian.
"John."
"Hmm ?"
"Elo sering main ke rumah Sansa ?"
"hem hem"
Gue noleh John yang bersandar di dinding kayu dengan mata yang terpejam. "gue mau tanya, boleh ?"
"hem, tentang apa ?" jawab John setengah berguman.
"random sih."
"hemm.."
Gue ngelirik John. "seumpama nih ya, elo punya sahabat cewek. Terus lo nyium dia. Apa alasan lo bisa nyium dia ?"
"gue cinta dia." Jawabnya cepat.
"cinta ? kenapa harus cinta ? bukan sayang atau suka gitu ?"
John membuka matanya dan beralih menatap gue. "kalo dia sahabat gue, enggak mungkin gue nyium dia kalo enggak cinta. Gue pasti sayang sama sahabat gue dan enggak mungkin ngelakuin hal-hal yang jauh seperti nyium dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
ROY-ABLE - [END]
Teen Fiction[Young-Adult] Roy itu cuek. Dia misterius. Gue jadi sahabatnya aja bingung. Sampai kejadian itu merubah persahabatan kami. Roy ternyata lebih kompleks dari kata Dingin dan Cuek. Dia mengambil sesuatu yang tak harusnya dia ambil. Gue takut. Takut jat...