Sekarang gue lagi jalan sama Roy. Pas di sekolah tadi gue ngajakin dia makan di GardenLee—cafe langganan gue. Gue pilih meja paling ujung yang deket jendela. Kebetulan gue bisa liat jalan raya yang lumayan ramai. Hujan mengguyur dengan deras. Dari sini terlihat beberapa orang yang menaiki motor menepi untuk memakai jas hujan. Kemudian aku melirik Roy di depan ku yang sibuk dengan ponselnya.
"Roy!" panggil gue pelan.
Roy menaikan wajahnya, "Hm ?"
"lo mau makan apa ? gue yang traktir, kan gue yang ngajak lo kesini." Ucap gue sedikit bangga. Gimana nggak bangga ya, sekarang kan awal bulan, uang saku dari bokap udah masuk ke rekening. Gue bebas makan enak sekarang, iya, sekarang, nggak tahu nanti kalau akhir bulan, mungkin gue bakalan ngutang lagi sama Roy.
"ayam." Jawabnya yang kemudian kembali fokus ke ponsel.
Gue menghela napas. Okelah, Roy kan emang irit ngomong. Gue tahu. Tapi menu ayam disini kan banyak!!! Yang di maksud Roy ini ayam apaan. Ayam goreng atau Ayam Bakar. Bahkan menu ayam goreng aja masih ada macamnya, seperti ayam goreng krispi.. ayam goreng bumbu balado.. ayam goreng..
"Ayam goreng bumbu Balado." Lanjutnya.
Kayaknya Roy baca pikiran gue. Hampir aja gue nyebutin daftar menu ayam di lestoran ini.
"minumnya lo mau apa ?" tanya gue lagi sambil membolak-balik buku menu. "Es teh. Es jeruk. Es sirup. Es campur.. em banyak sih menu Es. Lo pilih deh." Kusodorkan buku menu di depannya.
Roy menatapku dengan kerutan di dahinya. "Tunggu. Emang minuman di cafe ini Cuma Es aja ? nggak ada yang lain ?" dan ini rekor baru Roy ngomong lebih dari dua kata di hari ini. Hebat.
"hehe lo kan suka Es."
"kata siapa ?"
"kata gue lah. Lo kan dingin. Kayak Es."
Dan kemudian Roy kembali mainin ponselnya. Gue di cuekin. Emang jokes gue nggak lucu ya tadi ? lucu kan ya ? kok bisa Roy nggak ketawa gitu. Pada akhirnya Roy gue pesanin Lemon tea dingin karena gue tahu dia doyan banget sama itu minuman.
Seorang pelayan menghampiri meja kami, setelah mencatat pesanan gue, pelayan itu pergi. Dari jauh kulihat pelayang itu kembali melirik ke meja kami. Pegawai baru kayaknya. Sekedari info saja, dia curi-curi liat tampang Roy yang kelewatan badas.. tampan jos-jos gitu. Gue jadi jijik sendiri nyebut Roy tampan, tapi emang tampan sih.
"Roy!"
"hm ?"
"selasa depan ultah siapa ?"
"nggak tau."
"ultah gue bukan ya ?"
"nggak peduli."
Oke ini mulai ngeselin.
"lo respon gue yang bener dong." Aku mengambil ponselnya, Roy terlihat nggak terima. "selasa depan ultah gue!"
Roy kayaknya pingin marah, tapi dia tahan. "ulang tahun lo kurang 6 bulan lagi, Adline." Napasnya terdengar berat.
"terus selasa depan ultah siapa ?" tanyaku seolah-olah bingung.
"ulang tahun gue." Tangannya menggapai ingin merebut ponselnya dari tanganku. "balikin!"
Aku menjulurkan lidah. "nggak. Ponsel lo gue sita sampe selasa depan."
Roy seperti ingin berbicara tapi kemudian dia urungkan. Roy menyandarkan punggungnya di kursi dan menyilangkan tanganya di dada. Dengan tatapan tajamnya dia seolah-olah mengancam gue agar mengembalikan ponselnya atau gue mati sekarang di tangannya. Tapi Jangan panggil gue Adline kalau gue nggak bisa bikin Roy emosi.
![](https://img.wattpad.com/cover/136175593-288-k792192.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ROY-ABLE - [END]
Teen Fiction[Young-Adult] Roy itu cuek. Dia misterius. Gue jadi sahabatnya aja bingung. Sampai kejadian itu merubah persahabatan kami. Roy ternyata lebih kompleks dari kata Dingin dan Cuek. Dia mengambil sesuatu yang tak harusnya dia ambil. Gue takut. Takut jat...