Gue natap John sambil berkedip menyadarkan diri. Ini tadi si John nembak gue atau maksa gue jadi ceweknya. Gue linglung. Rasa hangat bibir John masih terasa dan apa ini.. bibir gue mulai mendamba lagi lumatan dari bibir John."Karena lo diem aja, gue anggap lo mau." John tersenyum miring dan kemudian mendekatkan wajahnya untuk kembali mencium gue. Secara spontan gue nahan dadanya. John menautkan kedua alisnya bertanya, namun kemudian kembali mendekatkan wajahnya. "Lo tau, ini nikmat banget pas bareng elo."
Gue merasa gamang. Gue nggak mau pacaran sama John. Gue belum siap punya pacar dengan sikap datar kayak John, manusia sebelas-duabelas dengan Roy. Gue menimang buat menendang pangkal paha John atau malah menikmati lumatan bibirnya yang sekarang makin menuntut. Tanpa gue sadar desahan lirih keluar dari mulut sialan gue dan-gue kehilangan.
Saat gue membuka mata John sudah tersungkur di lantai dengan Sansa diatasnya yang nonjok muka John dengan nikmat. Beny ternganga natap gue, lalu kemudian dia mengusap bibir gue pake tissue dengan wajah khawatir.
"Jangan bilang soal kejadian ini sama Roy." Ucap Beny lirih yang kemudian menarik gue kepelukannya, "Gue tahu elo sayang banget sama Roy, tapi elo enggak mau kan John babak belur di tangan Roy ?"
Gue melepaskan pelukan Beny sambil melotot nggak paham, "Maksud lo apaan ?" gue langsung melirik John yang masih dihajar Sansa meskipun sepertinya pukulan Sansa selalu ditahan John. "San, berhenti!"
Sansa menoleh meski tangannya tetap brutal menghajar John, "Nggak bisa, Line. Dia udah berani ngelecehin elo! Gue nggak bisa biarin sepupu brengsek ini hidup!"
Gue langsung narik Sansa. John langsung bangun dan bersembunyi di belakang gue. Sansa masih berusaha menghajar John sambil teriak-teriak nggak jelas. Namun semuanya hening saat Mikko mengeong sambil ngedusel di kaki Sansa. Muka Sansa berubah kaku, keringat dingin terihat di wajahnya. Sansa seperti ingin menangis tapi tertahan dengan tubuh gemetarnya. Mungkin kalau dibiarkan, Sansa bakalan pinsan.
"Itu anak takut kucing." Bisik John.
Saat gue mau ngegendong Mikko, Sansa malah udah pingsan dan terkapar di karpet. Dengan cepat gue narik Mikko dan masukin dia ke kandangnya. Setelah gue balik lagi ke depan TV, Sansa udah ada diatas sofa sambil Beny yang mengoleskan minyak kayu putih ke hidung Sansa.
"Gimana keadaan Sansa ?" Tanya gue sambil ngeliat Sansa, "Gue kok baru tau ya kalau Sansa takut kucing."
John memijat kaki Sansa agar cepat siuman, "Kalau ini anak nggak siuman, bakalan nyusahin gue sampe rumah." John natap gue minta solusi, "Apa gue minta bantuan Mada ? kalau dia sih pasti mau direpotin sama ini anak, malah doyan banget kalau di repotin."
Gue menggeleng nggak yakin, "Lo mau ngorbanin Sansa? Mau ngumpanin Sansa ke Buaya sungai grogol ?"
John mendesis, "Lo berlebihan, Line. Mada nggak sebrengsek itu."
"Yang kemaren itu udah jadi bukti, John. Gue nggak percaya dengan Mada. Gue masih sayang Sansa, dia berhak menolak Mada." Ucap gue dengan menggebu.
John akhirnya menggaruk kepala sambil geleng-geleng, "Ya deh nggak ada Mada untuk kali ini. Lalu gimana gue ngurusin ini anak ?"
Gue menoleh ke Beny yang sendari tadi hanya nonton, "Ben, elo masih punya tenaga buat gendong Sansa ke mobil ?"
"Ya-" Beny sedikit ragu, "Emang nggak apa-apa kalau gue yang gendong Sansa ?"
"Nggak apa-apa lah!"
"Tapi jangan bilang ke Sansa kalau gue yang gendong. Duh! Gue takut kalau nanti Sansa malah ngehajar gue pas tau gue yang gendong dia." Muka Beny bergidik ngeri, "Emang John nggak kuat gendong Sansa ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ROY-ABLE - [END]
أدب المراهقين[Young-Adult] Roy itu cuek. Dia misterius. Gue jadi sahabatnya aja bingung. Sampai kejadian itu merubah persahabatan kami. Roy ternyata lebih kompleks dari kata Dingin dan Cuek. Dia mengambil sesuatu yang tak harusnya dia ambil. Gue takut. Takut jat...