Warning!
Terdapat konten explisit--- meskipun nggak berbahaya.Bijak dalam membaca, jangan sampai pola pemikiran tokoh dalam cerita ini mempengaruhi pemikiran kalian. Semua Tokoh tidak nyata. Ambil hal baiknya saja, yang buruk jadikan saja seperti rasa pahit dalam coklat.
Btw, Yuna suka coklat panas 😅
Selamat membaca!
(Part ini lumayang panjang {2383 word bo~} dari yang lain--- awas bosen!)
***"Setelah ini apa lo masih bakalan deket dengan John ?"
Eh gue kudu jawab apaan nih ?
Roy membuat perapian di depan tenda. Dia terus melemparkan kayu bakar ke dalamnya sembari menggosok tangannya yang dingin. "Lo lapar lagi nggak ?""Eee! Kita baru aja makan tadi," tadi ada yang ngatain perut gue melar dan sekarang orang itu kayak nawarin makan ke gue, di sini yang edan itu siapa sebenarnya. "Perut gue masih kenyang."
Roy masuk tenda tanpa membalas ucapan gue, "Masuk, Line."
Gue langsung masuk. Roy langsung memberikan jaketnya dan menyuruh gue make. Di luar kabut makin tebal menyelimuti di atas danau. Gue pingin selfie di tengah kabut, tapi kalau mikirin betapa dinginnya di sana, gue jadi hilang napsu buat selfie. Selain suara jangkrik yang mengganggu pendengaran gue, suara patahan kayu yang di makan api juga bikin gue nggak nyaman. Apalagi di dalam tenda ini gue duduk berdua dengan Roy yang dingin badai, bukannya merasa kehangatan, gue beku.
Cih, gini amat punya pacar dingin.
Gue kaget saat Roy meluk gue dari belakang. "Dingin ?" nada suaranya lebih dingin dari udara di sini. "Setidaknya lo butuh gue buat menghangatkan tubuh." Dia makin mengeratkan pelukannya.
Ini perasaan gue aja atau emang Roy kayak lagi ngegoda gue ?
sial sial sialan! Gue jadi kegoda kan!
Roy menempelkan kepalanya di pundak gue. Gue bisa merasakan napas hangat Roy dari balik baju tebal yang gue pakai. Tubuh gue merinding saat Roy menggesekkan kepalanya di sana dengan gemas dan kemudian membisikan sesuatu.
"Kita bikin panas malam ini."
Ya tuhan! Jangan sekarang! gue kan lagi datang bulan!
Masa pas lagi nanggung, Roy sadar ada yang mengganjal di anu gue. Terus gue harus ketawa gitu sambil bilang "Kejutan!"
Gila!
Menyibak baju gue, Roy menciumi bahu gue sampai ke telinga. Dia meniupkan napas panas dan kemudian menjilatnya singkat. Tubuh gue bergetar nggak karuan.
Ini salah! kalau di lanjut bakalan menyebabkan kekecewaan yang berat!
Tapi gue bisa apa dalam situasi gini ?
"Lebih panas dari sebelumnya." Lidahnya masuk ke telinga gue dan kemudian mengulumnya.
Tangan Roy menyingkap baju gue lalu masuk mengelus perut dan payudara gue dari balik bra. Dia melepas bra gue dan langsung melepaskan baju tebal gue sekalian. Roy mendorong gue ke belakang sampai gue rebahan dengan dia diatas gue. Dalam remang-remang cahaya dari perapian, gue bisa melihat wajah dingin Roy yang mulai berubah. Gue nggak bisa ngimpulin itu wajah dalam ekspresi seperti apa, karena gue udah main merem aja pas Roy mulai menjilati leher gue dengan ganas.
Yah gue katakan ganas aja. Soalnya Roy juga menggigit beberapa bagian kulit gue sampek gue hampir menjerit. Ini anak kayaknya mau belajar jadi vampir!
KAMU SEDANG MEMBACA
ROY-ABLE - [END]
Teen Fiction[Young-Adult] Roy itu cuek. Dia misterius. Gue jadi sahabatnya aja bingung. Sampai kejadian itu merubah persahabatan kami. Roy ternyata lebih kompleks dari kata Dingin dan Cuek. Dia mengambil sesuatu yang tak harusnya dia ambil. Gue takut. Takut jat...