Hero, Eros dan satu prajurit lain sudah berada di titik utara hutan yang berdekatan dengan gerbang wilayah Seelies. Sebagian penduduk berdiam diri di dalam tenda.
Eros nampak mengambil teropong di saku celananya lalu melihat kearah laut, memantau keberadaan mereka. Namun ia belum melihat siapapun disana.
"Biar kucoba," pinta Hero. Eros pun memberikan teropong miliknya. Baru saja hendak menggunakan teropong itu, Hero dikejutkan dengan datangnya dua prajurit lain yang mengendap-endap mendatangi mereka.
"Astaga! Aku kira musuh," Hero mendesah lega. "Ada apa?"
Salah satu prajurit dengan nafas terengah-engah menggeleng. "Tidak Pangeran. Kami hanya diperintahkan Tuan Alzhery untuk berjaga disini."
"Dimana tuan Alzhery sekarang?" Eros bertanya.
"Tuan Alzhery bersama Silva sedang mengintai di bagian barat,"
Hero langsung menoleh. "Lalu... Alliona sekarang bersama siapa?"
"Tuan Alzhery sudah menyuruh Luna dan pelayan wanita untuk menjaganya di tenda pangeran," jawab prajurit itu sopan. Ia sontak mengecilkan suaranya saat prajurit lainnya mengingatkan.
Hero menghembuskan nafas lega. Ia berpikir setidaknya ada Luna disana.
***
Alliona dan Kuna sedang duduk di pinggir tempat tidur dengan raut wajah gusar dan cemas. Sedangkan tiga pelayan wanita berdiri tidak jauh menjaga pintu tenda."Jika benar musuh itu akan kesini, apa kau bisa merasakan keberadaan mereka, Luna?" tanya Alliona dengan suara pelan.
Luna menggeleng. "Aku tidak bisa merasakan tanda apapun semenjak sihirku disegel dua hari lalu."
Alliona baru teringat, ia menghela nafasnya pasrah. "Oh iya. Semoga mereka baik-baik saja."
"Aku juga berharap begitu, Alliona." Luna mengangguk seraya mengusap pundak gadis itu.
Beberapa lama kemudian, suara gemuruh terdengar dari luar tenda. Semakin dekat, semakin jelas bahwa suara gemuruh itu adalah langkah kaki dari beberapa orang yang sedang berlari. Usai sekelompok orang itu pergi, dari beberapa percakapan yang terdengar, ada yang mengatakan bahwa Silva terluka. Mereka berkata bahwa seluruh tenda tertutup rapat, sehingga ia tidak bisa mengobati Silva.
Sontak Luna dan Alliona yang mendengarnya terkejut, juga tiga pelayan wanita. Alliona yang hendak bangkit dicekal tangannya oleh Luna. Ketiga pelayan wanita yang menjaga pintu tenda pun menoleh pada mereka seakan bertanya apakah mereka harus membukakan pintu atau tidak.
"Tunggu dulu, Alliona. Aku belum yakin bahwa mereka..."
"Kau dengar Luna? mereka bilang Silva terluka," potong Alliona.
Luna tahu itu, namun ia bimbang. Ia tentu sangat khawatir jika itu Silva, tapi satu sisi, entah mengapa perasaannya bertolak belakang.
Jika kondisinya darurat, mengapa orang-orang diluar itu tidak segera membuka tenda dan membawa Silva masuk untuk diobati. Pikir Luna sekilas. Lihatlah, salah satu prajurit yang diduga membawa Silva masih terlihat berdiri disana menatap tenda mereka.
"Bukankah itu mencurigakan?" ucap Luna dalam hati.
Alliona yang sudah kelewat panik pun memutuskan untuk membuka tirai pintu tenda. Menampakkan dua orang penduduk desa Castellar sedang merangkul Silva yang terkulai lemas. Alliona benar, itu Silva. Melihatnya Luna melotot lalu segera beranjak mendekati kakaknya itu.
"Astaga, Silva!"
Dua orang penduduk itu menuntun Silva yang berada diambang tak sadarkan diri masuk ke dalam tenda. Lelaki Elf itu meringis kesakitan dengan luka tusuk di perutnya.
"Apa yang terjadi padanya?" tanya Luna panik.
"Seseorang menyerangnya tiba-tiba di tepi laut," jawab salah satu penduduk itu.
Luna tidak lagi menanggapi penduduk itu. Ia dibantu pelayan sibuk membersihkan darah yang terus mengalir dari perut Silva. Alliona teringat, ia tahu Silva pergi mengintai bersama Alzhery di bagian barat. Lalu mengapa mereka tiba-tiba pindah ke pesisir laut?
"Lalu dimana Alzhery sekarang? Bagaimana keadaannya?" tanya Alliona khawatir.
Dua orang penduduk itu terdiam sejenak, kebingungan. Salah satunya ikut membantu mengobati Silva.
"Saya, tidak tahu tuan putri. Saya tidak melihat keberadaan tuan Alzhery disana."Alliona terdiam. Antara heran dan panik. Seketika ia mendengar sara Hero yang memanggilnya di depan tenda. Dengan segera Alliona beranjak dari sana untuk memastikan.
"Hero...?"
Alliona sedikit terkejut. Ia pun segera menghampiri laki-laki itu. "Ada apa?"
"Ikut aku. Kita tidak punya banyak waktu lagi. Kau dan aku harus segera pergi ke wilayah Seelies," tukas Hero dengan dengan nada panik.
Tanpa memberi kesempatan Alliona menjawab, Hero langsung menarik tangan gadis itu pergi berlari dari area tenda.
"Apa yang terjadi? Apa mereka sudah datang?" tanya Alliona penasaran.
"Ya. Mereka kemari dalam jumlah banyak untuk menuntut balas anggota mereka yang sudah mati!" jawab Hero cepat.
Kedua bola mata Alliona membulat penuh mendengar itu.
"Tapi... dimana yang lain? Apa para penduduk tahu tentang itu?" tanya Alliona dengan nafas terengah-engah.
Hero terdiam cukup lama. Mereka berdua terus berlari menembus hutan. Alliona masih menunggu jawaban dari Hero sampai gadis itu memanggil namanya berulang kali.
"Yang terpenting adalah kau harus segera pergi dari sini," jawab Hero akhirnya. Namun Alliona tidak puas dengan jawaban itu. Ia justru merasakan sesuatu yang janggal.
Beberapa lama kemudian, Alliona baru sadar. Ternyata jalur yang mereka lewati bukanlah menuju gerbang wilayah Seelies, melainkan di depan mereka sekarang adalah pesisir laut.
***
Hero memandang gerbang wilayah Seelies. Jarak tempat itu dengan tempat pengintaian mereka hanyalah sungai besar. Melihat ada seorang gadis kaum Seelies, Hero memicingkan matanya. Gadis itu berdiri di depan gerbang kastil dengan menampakkan raut wajahnya yang cemas dan sedih.Gadis Seelies itu kemudian memberi sebuah isyarat agar Hero segera pergi dari sana. Hebatnya, Hero dapat memahami isyarat gadis itu. Namun entah mengapa setelah itu, pikirannya langsung tertuju pada Alliona.
"Ada apa pangeran Hero?" tanya Eros begitu menoleh kearahnya.
"Aku harus kembali ke tenda. Kalian tetap disini dan jangan sampai lengah," tukas Hero yang disambut anggukan yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Forget You
Fantasía[FANTASY-ROMANCE] "Kenapa rasanya sesakit ini?!" Hidup menjadi gadis seperti Alliona Wyne Caitlin? Tragedi kebakaran yang menewaskan kedua orang tuanya membuat Alliona harus tinggal seorang diri sejak usianya 10 tahun. Gadis malang itu juga pernah...