34. Miss each other

21 2 0
                                    


Helen panik begitu melihat Alliona yang sedang tidur di kamarnya tiba-tiba mengigau tak jelas hingga wajahnya basah dengan keringat.

"Putri...? Putri Alliona?"

Helen akhirnya duduk di pinggir kasur sembari mengguncang pelan bahu Alliona dan mengusap keningnya yang basah itu.

Beberapa saat kemudian, Alliona membuka matanya. Nafasnya tersengal-sengal. Helen pun dengan segera memberinya segelas air.

"Apa Tuan Putri baik-baik saja?" tanya pelayan itu khawatir.

Alliona belum merespon, ia terdiam sampai suara Helen terdengar lagi.

"Putri Alliona pasti bermimpi buruk. Apa perlu saya panggilkan Yang Mulia untuk menenangkan Putri?"

"Tidak perlu, Helen." Alliona menggeleng. "Aku baik-baik saja."

Helen menghembuskan nafas lega. "Syukurlah. Saya khawatir sekali melihat Putri mengigau seperti tadi. Kalau begitu saya akan membuatkan teh hangat untuk...-"

"Tidak usah," Alliona mencegah Helen yang hendak beranjak. "Terima kasih Helen. Aku hanya ingin bertanya sesuatu padamu."

Helen pun kembali duduk di samping Alliona.

"Apa kau ingat bahwa aku adalah anak angkat dari Yang Mulia Ratu Keane?" tanya Alliona serius.

Mendengar pertanyaan itu, Helen sontak mengernyit.
"Anak angkat? Tapi... Putri Alliona adalah anak kandung Yang Mulia Ratu Keane,"

Alliona menghela nafasnya pelan. Ia sudah menduga jawaban Helen akan seperti itu. Ada kalanya Alliona tidak ingin menyerah. Ia ingin Helen tahu tentang kebenaran ini. Namun Alliona tertegun saat ia baru mengingat bahwa di dunia nyata, Helen sudah tiada.

Mengingat itu, dada Alliona kembali mencelos, tubuhnya seakan lemas, karena ingatan itu selalu membawa duka baginya. Ia juga berpikir bahwa di dimensi ini adalah kehidupan dimana Lucy belum meninggal, atau mungkin semua orang hidup di dimensi ini.

Dengan wajahnya yang memucat, Alliona meraih lengan pelayan pribadinya itu.

"Tuan Putri... tidak apa-apa? Wajah Putri pucat sekali."

Alliona mengangguk sambil tersenyum samar. "Kalau begitu.. aku hanya ingin memastikan. Aku bisa menggunakan sihirku kan?"

Sambil menatap Alliona heran, Helen mengangguk pelan. Antara kebingungan dan tidak menyangka Alliona berbicara seperti tadi.
"Tentu saja Putri. Putri Alliona memang punya sihir sejak lahir."

****

Malam itu, Alliona berencana untuk pergi ke Alvonlea dengan melewati portal wilayah. Setelah mencari tahu Lucy juga salah satu Putri Kerajaan yang bisa membuka portal wilayah, Alliona mencoba menggunakan sihir itu.

Tujuan Alliona kali ini adalah ingin bertemu dengan Hero. Tapi bukan di istana Alvonlea, melainkan di hutan Sarina, tempat tinggalnya sebatangkara dulu.

Alliona tidak peduli dirinya nekat pergi dari istana malam hari. Hanya dalam hitungan detik, Alliona sudah berada di hutan Sarina yang tidak jauh juga dengan Kerajaan Alvonlea.

Alliona berjalan di tengah hutan gelap hanya berbekal lampion kecil yang dibawanya. Alasan Alliona pergi di malam hari karena ia yakin jika semuanya tak berubah, Hero pasti sedang berada disana.

Never Forget YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang