37. it's time!

32 2 0
                                    


Dua kuda prajurit yang membawa Bitrace dan Alliona melewati jalan pintas menuju pulau Neroland. Alliona ingat jika jalan ini akan mengarahkan mereka ke bukit. Setibanya di puncak bukit, kuda mereka berhenti. Alliona terkejut saat melihat keadaan daratan luas di pulau yang sangat kacau itu.

Puluhan orang tengah berperang di bawah sana. Kobaran api besar membakar pepohonan hutan yang gersang dan menimbulkan kepulan asap tebal menutupi seluruh hutan.

"Keadaan disini lebih kacau dari dugaanku," gumam Bitrace dengan gusar.

Tak lama setelahnya, dua kuda yang ditunggangi mereka melengking keras membuat mereka tersentak. Salah satu prajurit menoleh ke temannya.

"Ren, kudamu!"

Alliona ikut melihat kearah kudanya. Tepat di bagian perutnya, bersarang anak panah yang datang entah dari mana. Sesaat kemudian kuda yang dinaiki Bitrace turut mengalami hal yang sama. Tapi setelahnya kuda itu kehilangan keseimbangan dan terperosok jatuh dari bukit.

"Bitrace!!" Seru Alliona.

Kuda beserta prajurit itu terkena anak panah dan harus terguling jatuh. Beruntung anak panah tidak mengenai Bitrace. Alliona dan prajuritnya lekas turun memeriksa kebawah sebelum kuda mereka ikut terperosok jatuh.

"Kau baik-baik saja?" tanya Alliona cemas. Ia mengulurkan tangannya pada Bitrace. Lelaki itu pun meraih lengan Alliona.

"Saya tidak apa-apa. Terima kasih putri,"

BOOMM!!

Suara debuman cukup keras terdengar dari wilayah Seelies. Menara kastil mereka terlihat rubuh dan hancur. Alliona melihat sendiri betapa mengerikannya sebuah menara kastil yang tinggi itu perlahan runtuh. Ia memicingkan matanya ketika melihat belasan kaum Seelies terbang dengan sayap mereka, meninggalkan kastil.

"Apa yang terjadi disana?" tanya Alliona panik.

"Sepertinya mereka juga sedang membantai kastil kaum Seelies," jawab Bitrace.

Kedua mata Alliona melebar. Seketika dada Alliona terasa sesak disertai firasat buruk. Firasat buruk itu membawa pikirannya tertuju pada Alzhery.

"Aku harus mencari Alzhery," ujar Alliona lalu meninggalkan Bitrace.

"Tunggu Putri! lebih kita tidak kesana. Situasi sedang memanas,"

Alliona tak menghiraukan seruan Bitrace. Ia berjalan cepat, menembus kepulan asap hitam menuju area perang hingga Bitrace kehilangan jejaknya. Alliona terkejut saat melihat banyak mayat prajurit terkapar dimana-mana. Seketika rasa cemasnya bertambah.

Pandangannya tak henti mencari keberadaan Alzhery atau siapapun orang yang ada dipihaknya. Dari sekian banyak prajurit yang berada disana, tak satu pun yang menyadari keberadaan Alliona. Mereka hanya fokus pada lawan mereka dan menyerang dengan penuh kebencian.

"Awas kau!!" desis salah satu prajurit Nepthenis seraya mengangkat pedangnya dan berlari kearah Alliona.

Sontak Alliona menjerit dan menghindar, melindungi dirinya dengan tangan. Namun serangan itu bukan tertuju pada Alliona melainkan prajurit dibelakangnya.

Alliona menghembuskan nafas lega. Di tengah kepanikannya terjebak di tengah pertempuran itu, ia membenak, berharap waktu dapat terhenti walau hanya beberapa detik.

Walau semua itu tidak mungkin, tapi Alliona benar-benar berharap itu terjadi.

Hwusss...

Angin ringan berhembus seketika. Alliona mengerjapkan matanya. Gadis itu terkejut bukan main saat menyadari semua orang mendadak terdiam di tempat. Waktu benar-benar telah terhenti.

Never Forget YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang