18. Star Elves

33 2 0
                                    

Hero yang sedang melakukan meditasi di hari keempat itu tiba-tiba membuka kedua matanya begitu mendengar suara dari dalam gua. Dalam posisi duduk bersila, ia mengedarkan pandangannya ke langit-langit dan seisi gua, mencari dari mana asal suara itu. Semakin intens Hero mendengarkannya, semakin jelas bahwa itu suara raungan. Gawatnya, suara itu semakin dekat dan menuju kearahnya.

Hero menatap waspada kedepan. Ia terperanjat kaget melihat sepasang mata merah menyala dalam kegelapan menatapnya. Hero yakin bahwa itu adalah jaguar atau semacamnya. Sontak Hero beringsut mundur saat hewan besar itu mendekatinya, mengendus wajah Hero sebelum akhirnya meraung keras.

Hewan yang mirip dengan jaguar itu terlihat berbeda. Kulitnya berwarna ungu dengan pola garis berwarna hitam dan putih di bagian tubuhnya. Walaupun terlihat indah, Hero tetap tidak melupakan bahwa mahkluk itu adalah hewas buas.

"Jiraco, hentikan!!"

Seruan menggema dari ujung gua membuat kucing besar itu terhenti dan melangkah mundur. Beberapa saat muncul seorang laki-laki. Laki-laki itu mempunyai warna kuit yang kekuningan, berambut abu dengan iris mata berwarna biru disertai flek keemasan disekitar iris matanya. Awalnya Hero menduga laki-laki itu berasal dari suku pedalaman wilayah Slytherin.

"Dia hanya ingin memulihkan tubuhnya, Jiraco." Laki-laki itu lalu menatap Hero dengan sorot terangnya, memastikan. "Benarkan?"

Hero mengangguk pelan. "Mahkluk apa itu?"

Laki-laki itu terkekeh pelan. "Dia hewan peliharaanku. Sebenarnya dia adalah jaguar hitam. Tapi... ayahku mengubah warna kulitnya jadi seperti ini."

Jaguar itu menggeram halus lalu berdiri disamping laki-laki tadi.

"Maaf. Dia mengira kau adalah penyusup. Beruntung Jiraco tidak menyambut kedatanganmu saat itu. Karena biasanya, dia akan mengoyak siapapun yang mempunyai maksud buruk di gua ini. Gua ini sudah lama tak disinggahi orang luar selain kaum kami. Kaum Elf bintang."

Hero menelan ludah, tidak percaya. "Jadi... Kau adalah kaum Elf bintang?"

Laki-laki itu mengangguk, tersenyum ramah. "Namaku Bitrace. Aku ditugaskan untuk menjaga gua suci Slytherin. Boleh aku tahu siapa kau? dari mana kau berasal?"

"Aku Hero. Dari Kerajaan Alvonlea."

Laki-laki bernama Bitrace itu sedikit terkejut. "Alvonlea? Jauh sekali. Apa yang terjadi padamu hingga kau bisa menginjakkan kaki kesini?"

Hero terdiam sebentar. Lalu menceritakan apa yang terjadi pada dirinya, tentang perjalanannya bisa sampai ke gua itu dan memberitahu bahwa semua itu berkaitan dengan Alexus.

"Astaga. Jadi... Hampir seluruh wilayah habis dibantai?" Bitrace membulatkan matanya tidak percaya. Selama dua tahun, Bitrace hanya tinggal di hutan pedalaman, terpaksa berpisah dengan keluarganya untuk menjaga gua suci Slytherin dari para penyusup yang berniat jahat termasuk prajurit Kerajaan Nepthenis.

"Aku pikir... kau sudah tahu tentang itu," ucap Hero pelan.

"Selama dua tahun terakhir, aku tidak pernah keluar dari hutan ini. Aku ditugaskan pemimpin kaum Elf Bintang menjaga hutan dan gua Slytherin. Mungkin kaumku di Evereskaar sudah mengetahui kabar pembantaian itu. Tapi aku tidak tahu, bagaimana kondisi Evereskaar saat ini."

"Evereskar? dimana wilayah itu?"tanya Hero penasaran.

"Evereskaar adalah wilayah kami, kaum Elf bintang. Berada jauh diperbukitan kota Elvador. Tempat kami sebenarnya adalah klan bintang, tapi kami bermigrasi ke daerah terpencil di bumi untuk menyatu dengan alam dan kaum yang sejenis dengan kami," terang Bitrace.

Hero mengangguk mengerti lalu mengedarkan pandangannya ke langit-langit gua. "Jika aku boleh tahu, mengapa gua ini harus selalu dijaga?"

"Gua ini suci, dan dahulu sebagai tempat persembunyian para leluhur. Selain itu banyak para penyihir yang bermeditasi disini untuk memulihkan tubuh mereka setelah perang puluhan tahun lalu," terang Bitrace. Lelaki itu seketika menampilkan raut wajah cemas, "Lantas bagaimana keadaan diluar sana? Apa semua wilayah telah hancur kecuali ini?"

Never Forget YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang