42. Decision

19 3 0
                                    

Siang menjelang sore, Hero berniat menemui Belzeeras di ruangannya.

"Pangeran Hero? Silahkan masuk. Ada apa?" sapa Belzeeras hangat.

"Kedatanganku kemari, karena saya ingin mmeinta izin. Tolong, biarkan saya membawa Alliona pulang ke Alvonlea. Biarkan saya yang merawatnya."

Belzeeras terdiam sesaat lalu menghela nafasnya.
"Pangeran, Putri Alliona sudah mendapatkan tempat yang sangat layak disini. Putraku Bitrace sedang memanggil Varnosa di klan bintang. Aku yakin dia bisa membantu kesembuhan putri Alliona."

"Saya mengucapkan terimakasih banyak, kepada Yang Mulia dan seluruh anggota kaum Elf Bintang yang sudah merawat dan menjaga Alliona. Tapi dia tidak bisa terus tinggal disini. Tempat kami adalah Alvonlea. Jadi kami harus segera kembali," ujar Hero dengan sopan.

"Kami tidak ingin terus merepotkan Anda Yang Mulia," lanjutnya.

"Bagaimana untuk pengobatan Sang Putri? Apa pangeran mempunyai cara untuk menyembuhkannya?" Blezeeras bertanya serius.

Hero mengangguk. "Saya dan seluruh kerabat di Alvonlea akan berusaha untuk kesembuhan Alliona. Alliona sangat membutuhkan orang-orang yang disayanginya. Dan saya akan berusaha mencari keberadaan kakaknya Alzhery."

Belzeeras kembali terdiam. Dengan berat dia mengangguk.
"Baiklah. Jika itu adalah keputusan Anda, Pangeran Hero. Tapi lebih baik, tinggalah disini untuk satu malam sampai putraku datang membawa Varnosa. Biarkan dia memeriksa kondisi Putri Alliona," ujarnya.

Hero menyetujui ujarnya.  "baiklah."

***

Malam hari yang cukup dingin, Hero memutuskan keluar dari kastil dan mengunjungi danau Santera yang letaknya tepat di belakang kastil.

Ajaibnya warna air di danau itu ungu menyala, dihiasi tumbuhan teratai yang besar di permukaannya. Di sekitar danau juga banyak dihiasi tumbuhan langka, bunga-bunga yang nampak glow in the dark, yang hanya dapat ditemukan di wilayah Evereskaar.

Negeri Elf Bintang memang indah. Hero menyesal baru mendatangi Evereskaar. Jika tahu alamnya seindah ini, mungkin sejak dulu ia akan membawa Alliona kesini.

Hero terduduk di bibir danau, menekuk kedua lututnya seraya menatap kearah air danau yang tenang. Tak lama kemudian seseorang datang memanggil namanya.

"Pangeran Hero...?"

Hero sontak menoleh dan terkejut menyadari kehadiran Luna beserta dua gadis Elf lainnya. Bergitu Hero bangkit, mereka segera membungkukkan tubuhnya memberi hormat.
"Luna? Dari mana kau tahu aku ada disini?" tanya Hero.

Luna tersenyum hangat. "Putri Kalura. Sore tadi, kami mengunjungi istana pangeran. Namun sang Putri bilang pangeran sedang berada di Evereskaar untuk menjenguk Putri Alliona. Jadi kami kesini. Bagaimana kondisinya sekarang?"

Hero menunduk perlahan. Raut kesedihannya memang tak bisa ditutupi lagi. "Dia baik. Namun kondisinya semakin memburuk,"

"Apa yang terjadi pangeran?" Luna bertanya cemas.

"Semenjak mengalami koma selama sepuluh hari, Alliona mengalami buta, bisu dan tuli," jawab Hero dengan suara bergetar. "Aku dan Yang Mulia Belzeeras belum tahu apa penyebabnya sampai saat ini."

Luna dan kedua saudaranya terpaku ditempat mendengar kabar itu. Tampak Luna terkejut begitu tahu kondisi Alliona seperti itu. "Lalu... Dimana Alliona berada sekarang?"

Never Forget YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang