16. Water Elves

47 2 0
                                    

Alzhery menggandeng tangan Alliona, mempercepat langkah mereka menyusul Eros yang sudah berjalan jauh di depan.

Eros yang menyadari langkah kaki menyertainya pun menoleh kebelakang, mempersilahkan Al dan Alliona berjalan di depannya. "Tadi, ada apa tuan? Apa ada masalah?"

"Tidak ada." Alzhery menggeleng, sedangkan Alliona mengusap air matanya diam-diam. Berusaha menyembunyikan matanya yang merah dari pandangan Eros.

Eros mengangguk. Pandangannya kembali kedepan. "Di depan sana, kita akan sampai di laut." Eros menunjuk dengan jari telunjuknya kedepan.

Mendengar kata laut Alliona langsung mengangkat wajahnya tidak percaya. "Benarkah?"

Eros mengangguk. "Benar putri. Sebentar lagi kita akan segera sampai."

Sepuluh menit kemudian, mereka tiba area pesisir. Mereka langsung disuguhkan oleh pemandangan laut biru yang indah sejauh mata memandang. Pohon-pohon kelapa menjulang sepanjang pesisir disertai angin yang berhembus cukup kencang. Alliona terpana.

Tidak jauh dari tempat mereka berdiri, terdapat empat perahu berukuran sedang yang digunakan penduduk Avoenus untuk menyebrangi laut.

"Pulau Neroland berada di seberang sana tuan, putri. Jadi, kita menuju kesana menggunakan perahu ini," ujar Eros.

Alliona mengernyit samar seraya berpikir. Tidak mungkin para prajurit ikut menyebrangi kuda-kuda mereka dengan perahu sekecil ini. "Beberapa prajurit datang kesini membawa kuda kan? Apa ada jalan pintas untuk menuju pulau itu?"

"Ada tuan putri. Sebenarnya ada jalan pintas yaitu melewati hutan. Tapi jaraknya lebih jauh jika berjalan kaki. Medannya juga cukup berbahaya untuk dilewati," terang Eros.

"Kapan para penduduk sampai di pulau itu Eros?" Alzhery bertanya.

"Dua hari yang lalu tuan. Mereka juga sudah mendirikan tenda-tenda disana."

Alzhery mengangguk. "Kalau begitu ayo, kita semua naik ke perahu,"

Eros pun mendekati salah satu perahu dan mendorong perahu itu ke perairan. "Mohon maaf tuan, putri. Salah satu cara agar kita bisa menyebrang kesana adalah mengayuh perahunya."

"Tidak apa. Kau dan aku yang akan mengayuh perahu ini," sahut Alzhery.

"Kita akan bergantian mengayuh perahunya Al," tukas Alliona seraya menaiki perahu lalu disusul Alzhery di belakangnya.

Perahu mereka mulai dikayuh dan perlahan menjauh dari tepi laut. Jarak antara pesisir menuju pulau Neroland disana juga cukup dekat. Masing-masing dari mereka pun mengayuh perahu dengan semangat.

"Bagaimana keadaan para penduduk disana?" Alzhery bertanya.

"Keadaan penduduk baik-baik saja tuan. Kami sudah membagi jumlah penduduk beserta tenda mereka sejak awal datang ke hutan itu. Saya juga mendapat kabar bahwa mereka sudah bertemu dengan Silva dan Luna. Kini semuanya sedang menunggu kedatangan tuan Alzhery dan putri Alliona saja." Eros menjawab dengan suara yang agak lantang.

Selain mengayuh perahu, mereka juga harus bisa menjaga keseimbangan di atas perahu karena angin yang berhembus kencang.

Tak ada percakapan diantara mereka. Perahu mereka sudah dapat dikendalikan.

"Alzhery... Aku minta maaf," Alliona kembali bersuara pelan.

"Untuk apa?"

"Kau dulu menderita karena aku. Aku adalah penyebab dari semua itu,"

Alzhery terdiam cukup lama sambil terus mengayuh perahu. "Lupakan Alliona. Itu bukan kesalahanmu."

Alliona tidak berkata apa-apa lagi. Jelas Alliona tidak akan bisa melupakan itu. Hal yang menyangkut tentang kedua orang tuanya dan tentang perlakuan mereka kepada Alzhery. Bagaimana pun juga Alliona tetap merasa bersalah.

Never Forget YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang