Alliona dibawa masuk ke dalam sebuah rumah terbengkalai yang berdiri sendiri di tengah hutan.
Tiba di salah satu kamar yang berlantai kayu, Alzhery berjongkok lalu membuka papan kayu itu. Alliona mengintip kebawah dan terkejut karena terdapat ruangan tersembunyi dibawah lantai kayu itu.
"Ayo masuk Putri." Titah Alzhery segera seraya memastikan keadaan di luar.
Dengan terpaksa Alliona masuk dan turun melewati tangga kayu yang tersedia menuju ke ruang bawah tanah itu. Setelahnya, barulah Alzhery ikut turun sambil menutup kembali papan kayu itu rapat.
Ruangan itu gelap, lembab dan sedikit berdebu. Namun di sudut ruangan Alliona melihat tempat tidur berukuran kecil dan sebuah nakas.
"Tempat apa ini?? Apa yang ingin kau lakukan padaku?!" Tanya Alliona waspada sambil menatap pria itu dalam cahaya redup.
"Tenanglah, aku tidak akan melakukan apapun. Rumah ini milik penduduk desa untuk beristirahat setelah berburu di hutan. Untuk sementara kita akan bersembunyi disini," terang Alzhery sambil menaruh persenjataannya di meja.
Alliona terdiam. Dari ekor matanya, ia menangkap pria itu sedang menyalakan lampu lalu menghampirinya.
"Apa yang kau lakukan pada Ratu Keanne dan Raja Lionel hingga mereka bisa mempercayaimu tadi?!" tanya Alliona ketus. Suaranya terdengar memekik dan Alliona baru menyadari itu.
Langkah Alzhery terhenti. Ia menatap Alliona bingung. "Aku tidak mengerti apa yang putri bicarakan?"
Alliona dengan kesal berbalik kearahnya. "Jelas-jelas saat Yang Mulia menatapmu, mereka langsung mengangguk. Lalu memintaku untuk ikut pergi bersamamu!"
"Itu semua demi kebaikan...__"
"Kau pengkhianat!!"
Alliona memotong ucapannya dan berkata lantang. Alzhery menghembuskan nafas dan hanya menatapnya. "Aku ingin menyelamatkan Putri dari mereka."
Alliona memutar bola matanya dengan sinis. "Kau sudah kedua kalinya mengatakan itu!"
Alliona memilih berjalan mendekati kursi kayu lalu duduk disana. Air mata mengalir begitu saja membasahi pipinya. "Kau pengkhianat! Kau memang pengkhianat!!"
"Aku tidak pernah mengkhianati Ratu dan Rajaku. Seharusnya Anda bersyukur bisa selamat dari iblis tadi."
"Ya, dan kau seharusnya tidak menolongku." Alliona menatap Alzhery sinis. "Kalian sudah membunuh seluruh penghuni istana. Lantas mengapa kau tidak membunuhku sekalian?!"
Alzhery yang terduduk kini menatapnya dingin. "Kenapa Anda berpikir bahwa aku yang membunuh penghuni istana?"
"Apa pedangmu yang bercahaya dan berlumuran darah itu bukan bukti?!" balas Alliona ketus yang spontan menegakkan tubuhnya.
"Aku hanya membunuh iblis dan prajurit itu, merekalah yang membunuh penghuni istana!" jawab Alzhery dengan tegas yang cukup membuat Alliona terdiam.
Setelah hening yang cukup lama, Alliona kembali menatap Alzhery dengan pipinya yang masih basah. Mereka sama-sama terduduk di tempat yang berseberangan dan cukup jauh.
"Kenapa kau tidak membiarkan saja iblis itu membunuhku? kenapa kau menolongku?!" Alliona bertanya ulang dengan suara pelan, namun masih dengan penekanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Forget You
Fantasy[FANTASY-ROMANCE] "Kenapa rasanya sesakit ini?!" Hidup menjadi gadis seperti Alliona Wyne Caitlin? Tragedi kebakaran yang menewaskan kedua orang tuanya membuat Alliona harus tinggal seorang diri sejak usianya 10 tahun. Gadis malang itu juga pernah...