43. Apologies

26 2 0
                                    

Alliona memutuskan untuk bergerak duduk. Selama seharian ini, hanya duduk dan berbaring yang bisa Alliona lakukan di dalam kamarnya. Sepanjang hari pula, Alliona tak henti-hentinya merasa gelisah. Bahkan tak terhitung sudah berapa kali ia menangis.

Setiap mengingat perang itu dan orang yang disayangnya, pedih dalam hatinya kembali menyeruak. Namun tak ada lagi yang bisa Alliona lakukan selain menangis. Alliona memang merasa sudah tak berguna lagi untuk siapapun. Bahkan seringkali terbesit di kepalanya untuk mengakhiri hidup.

Sudah kedua kalinya Alliona berada dalam titik terendahnya. Kesedihan  tiada henti yang mengguncang kehidupannya. Namun Alliona berusaha untuk bertahan, menguatkan hati kecilnya.

Perempuan itu bangkit berdiri dan mencoba berjalan dibantu tongkatnya. Tapi setelah itu, ia tak sengaja menabrak sebuah meja hingga membuatnya terjatuh. Vas bunga juga gelas beling diatasnya pun pecah berserakan.

Mendengar suara dari dalam kamar, seorang pelayan bernama Selena pun masuk menghampiri Alliona. Perempuan itu terluka di telapak tangannya karena tertusuk serpihan kaca. Darah juga mengalir dari pipinya yang juga tergores pecahan beling.

"Astaga, Tuan Putri! Apa putri baik-baik saja?" ucap Selena panik seraya membantu Alliona untuk duduk di ranjangnya. Alliona terdiam. Perempuan itu menangis tanpa suara, tapi bukan karena merasa sakit, melainkan karena dirinya merasa gagal dalam sesuatu.

"Saya akan segera mengobati tuan putri Alliona."

***

"Kakek turut berduka atas kepergian Pangeran Caspian, Kalura."

Suasana di pemakaman itu heninng menyisakan semilir angin. Kakek Jonas pun bersuara lagi. "Kakek tahu. Andai penyerangan pada Raja Carlophus tidak terjadi, mungkin kalian sudah melangsungkan pertunangan saat itu."

Dada Kalura mendesir pilu mendengar ucapan kakeknya. Kedua matanya menatap kosong makam pangeran Caspian dengan. Air matanya bahkan sudah kering, meninggalkan kantung mata yang menghitam.

Terdapat luka di mata Kalura. Kabar ditemukannya pangeran Caspian seminggu lalu yang sudah tak bernyawa akibat runtuhnya istana kerajaan Navera meninggalkan duka yang mendalam bagi perempuan berumur dua puluh empat tahun itu.

Yang dikatakan kakeknya memang benar. Sehari sebelum kerajaan Alvonlea dibantai, Kalura dan Caspian sudah menyiapkan rencana pertungannya hari itu. Namun musibah datang menyerang Raja Carlophus yang diserang prajurit Nepthenis dan tewas. Pertunangan mereka pun dibatalkan.

"Caspian saat itu bilang kepadaku bahwa dia sangat mengkhawatirkanmu. Dia sempat depresi ketika mengetahui kau sudah mati karena pembantaian itu. Dan sebelum pergi, dia menitipkan surat ini untukmu," Claire, kakak perempuan pangeran Caspian meraih lengan Kalura dan memberikan surat itu.

Claire pun lekas memeluk Kalura hangat sebelum pergi. Kini hanya tersisa mereka di pemakaman itu. Kalura, Hero dan Jonas. Air mata Kalura kembali meluruh deras membaca isi surat dari Caspian. Hero lantas membawa Kalura dalam pelukannya, menenangkan kakaknya itu.

***

Usai meninggalkan pemakaman, Kakek Jonas memanggil Hero. Hero pun menoleh dan berbalik, membiarkan Kalura berjalan lebih dulu.

"Maafkan aku, Hero," ucap Jonas sungguh-sungguh.

Hero menatap kakeknya datar tiba-tiba mengernyit. "Untuk apa kakek minta maaf?"

Jonas menghela nafas lalu menunduk menyesal. "Karena selama ini... Aku tidak memberitahukan ini padamu, Kalura dan ayahmu. Maafkan juga kesalahan ibumu Hero. Aku tahu, kau mungkin tidak mau memaafkanku. Tapi tolong maafkanlah ibumu. Jika tahu semuanya akan seperti ini, kakek dan ibumu tidak akan pernah mau bergabung dengan Alexus."

Never Forget YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang