12. Misunderstand

58 2 0
                                    

Alzhery mengintip ke kamar Alliona dari pintu yang terbuka sedikit. Memperlihatkan adik kecil perempuannya yang sudah tertidur. Tanpa sadar bibir Al membentuk senyum saat melihat adiknya itu.

Setelah beberapa saat berdiam disana, Al melangkahkan kakinya lalu pergi dari.

"Alzhery..."

Langkah kaki Al terhenti begitu mendengar Alliona memanggilnya. Ia pun berbalik.

"Aku tahu Al ada disana.."

Alzhery akhirnya memutuskan masuk ke dalam kamar, mengambil kursi dan duduk dihadapan gadis kecil itu.

"Aku membuatmu bangun ya?"

Alliona menggeleng. "Aku tidak bisa tidur."

"Apa yang membuatmu tidak bisa tidur?"

Alliona terdiam. Lalu bangkit mengubah posisinya jadi duduk menghadap Al.

"Aku tidak ingin sendirian di kamar."

Al mengulas senyum lalu mengusap lembut rambut Alliona. "Kalau begitu, aku akan menemanimu sampai tidur."

"Sungguh?" Al mengangguk.

"Sekarang tidurlah."

Alliona pun menurut membaringkan lagi tubuhnya menghadap Al.

"Tidurlah," Al mengusap kepala adiknya dengan sayang.

Gadis kecil itu memejamkan kedua matanya. Setelah menunggu beberapa menit disana, Al pun bangkit lalu berjalan tanpa suara meninggalkan kamar Alliona. Namun baru beberapa langkah ia tersentak begitu Alliona terbangun lagi dan memanggilnya.

"Jangan tinggalkan aku Al... aku tidak ingin sendiri."

Al berbalik dan kembali menghampiri adik kecilnya. "Kau tidak akan sendirian Alliona. Sebentar lagi, ayah dan ibu juga akan pulang."

"Tidak! Aku hanya ingin Al yang menemaniku. Aku ingin bersama Al...!" Alliona merengek sambil terisak pelan. kedua tangannya sudah memegang erat lengan Al agar Al tidak pergi.

Al terdiam. Menatap kesedihan dan luka dari sorot mata adiknya. Al tahu sesuatu yang membuat Alliona sedih, yang juga tidak bisa diutarakan oleh gadis kecil itu. Mereka sedang merasakan kesedihan yang sama. Tapi kesedihan yang dialami Al lebih menyakitkan dibanding Alliona.

"Jangan menangis... baiklah. Aku tidak akan meninggalkanmu."

Meski begitu, Al selalu tidak suka melihat Alliona menangis. Al ingin selalu menghapus air mata yang membasahi pipi adiknya itu.

"Janji?"

Al diam sejenak, menatap netra keemasan adiknya dengan sendu. Namun Al tidak ingin sedih dihadapan adiknya. Al mengulas senyumnya.

"Ya, tentu saja. Tapi Alliona harus tidur. Ini sudah hampir larut."

Alliona mengangguk pelan. Beberapa saat kemudian, kantuk yang berat mendatangi Alliona. Kedua mata gadis kecil itu terpejam. Alliona sudah tertidur.

Never Forget YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang