9. Ingin Bisa Lebih Dekat

2.1K 247 9
                                    

Malemm

Absen dulu dong sini

Klik bintang sama ramein komennya 🤩

Selamat membaca gais 💐

******

Anara mengguling-gulingkan badannya di kasur, sampai bantal dan gulingnya terlempar ke lantai. Kedua tangannya meraup wajahnya kasar. Selimutnya kini begitu berantakan. Rambutnya juga ikut acak-acakan.

Dirinya begitu bosan sejak subuh sampai jam sebelas sekarang. Tidak ada kegiatan lain yang dia lakukan selain rebahan dan scroll tiktok atau sosmed lainnya.

Selesai sarapan tadi, Anara langsung masuk ke kamarnya berencana ingin tidur kembali karena hari ini weekend. Ternyata matanya tidak bisa diajak berkompromi. Rasa kantuk melanda, matanya terbuka hanya satu sentimeter sekarang, tapi tetap saja tidak bisa tidur.

Satu jam setelahnya, Anara turun ke bawah berniat mengajak Dermaga untuk keluar agar tidak bosan di rumah. Namun, kosong. Dia sama sekali tidak melihat batang hidung Abangnya itu.

Kalau Nima sudah pasti pergi ke tempatnya bekerja. Sedangkan, Dermaga? Entah pergi kemana dia tidak memberi tahu kepada Anara. Jadi, Anara sekarang sendirian di rumah dan akhirnya memutuskan untuk di kamar saja.

Ting!

Suara notifikasi berbunyi dari ponsel Anara. Tangannya meraba ke seluruh kasur untuk meraih ponselnya dengan wajah yang tertutup bantal. Anara menyingkirkan bantal itu, lalu jarinya memencet pesan yang ada di layar notifikasi.

Panjang umur. Pesan itu dari orang yang Anara cari tadi.

 Pesan itu dari orang yang Anara cari tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Astaga... Weekend gini nggak berhenti juga tugas Abang." Anara mendesah sedikit kecewa karena tahu kalau dia akan terus berada dalam kebosanan ini.

Tangannya kembali menarik bantal, lalu dia letakkan di atas wajahnya sambil memejamkan mata. Tidak apa-apa jika tidak bisa tidur. Setidaknya matanya tidak lelah karena terpejam seperti itu.

Ketenangan yang Anara rasakan tidak berlangsung lama sampai ponselnya berdering.

Ring ... Ring ...

"Siapa lagi, sih?" Anara meraba kembali kasur untuk mencari ponselnya yang ternyata berada di atas kepalanya.

"Halo." Rupanya Anara sudah fasih dengan tombol angkat telepon. Anara masih dengan posisi terlentang tanpa membuka matanya.

"Halo." Spontan Anara menegakkan tubuhnya. Kepalanya langsung pusing karena gerakannya yang mendadak.

Suara itu, Anara mengenalnya. Dengan mata yang sayup Anara mengecek nama kontak yang tertera di sana. Seketika matanya terbuka lebar. Anara menggosok-gosok mata dengan satu tangannya yang bebas itu, memastikan benar atau tidak yang dia lihat. Ternyata benar. Tertera dengan jelas nama di layar itu adalah Raja.

BUMANTARA : Milik KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang