Alooo, malam semuanya!
Apakabar? Absen sini
Komen banyak banyak dan jangan lupa kasih bintangnya 🤩
Met baca all 💕
******
Beberapa kali matanya mengerjap. Bolak-balik matanya memandang dari ujung kaki sampai ujung kepala. Menatap seseorang yang telah ia tunggu-tunggu kehadirannya selama satu tahun ini. Cowok itu kini berada tepat di hadapannya. Juga berbalik menatap diri Anara yang diam membatu.
Mimpi kah?
Jemari Anara mencoba menggapai lengan Dermaga. Ketika berhasil menyentuhnya, Anara menatap lekat mata cowok itu.
Dia benar Dermaga. Bukan hanya bualan Anara.
Detik itu juga Anara merengkuh tubuh cowok jangkung itu. Kekuatan rindu mendorong tenaganya menjadi lebih kuat. Ditambah Dermaga yang memang belum bersiap dan dengan mendadak mendapatkan pelukan erat dari adik perempuannya itu. Membuatnya terhuyung beberapa langkah ke belakang.
"Abang kemana aja? Kenapa Abang pergi? Kenapa tiba-tiba? Kenapa nggak ngomong sama Nara? Selama Abang pergi, kenapa nggak ada satupun kabar? Kenapa nggak bisa dihubungi? Bahkan semua jalan komunikasi seakan-akan Abang tutup. Kenapa, Bang?"
Pertanyaan beruntut itu seolah memang sengaja terlontar karena sudah lama terpendam. Dan sekarang, tersampai pada pemilik jawabannya.
Satu tahun. Bukan waktu yang sebentar.
Air mata Anara yang membasahi baju Dermaga, cukup menjadi salah satu bukti. Betapa adik perempuannya itu sangat merindukan kakak laki-lakinya. Anara sangat merindukan Dermaga.
Semakin eratnya pelukan dan semakin derasnya air mata. Menumpah ruahkan segala rasa yang Anara tahan selama satu tahun dia berjalan sendirian.
Takut, marah, kecewa, sedih. Semuanya, kecuali bahagia.
Rindu, menjadi rasa yang paling banyak.
Tetapi, yang dilakukan Anara kontras dengan Dermaga.
Tangannya yang tetap lurus dengan saku celana. Tak ada tangis, bahkan muncul di pelupuk matanya saja tidak. Dermaga tidak membalas pelukan Anara. Matanya malah menatap tajam ke arah Lambang yang ternyata sedari tadi masih ada di sana dan melihat kegiatan mereka berdua.
Anara yang tiba-tiba sadar kalau Dermaga tak membalas pelukannya. Membuat cewek itu merenggangkan tangannya dan menegakkan tubuhnya. Ia mengikuti arah pandangnya yang menatap tajam ke arah Lambang. Yang ternyata sedari tadi masih ada di sana dan melihat kegiatan mereka berdua.
"Teman lo?" tanya Dermaga tanpa mengalihkan pandangannya pada Lambang.
'Lo'? Kata itu membuat Anara sontak menoleh ke arah Dermaga. Tapi, tidak lama kembali melihat Lambang.
Ah mungkin Dermaga kelepasan berbicara dengan Anara menggunakan kata itu.
Sementara Lambang yang merasa dirinya menjadi pusat kedua orang dari jauh sana. Ia kemudian menganggukkan kepalanya. Disusul dengan ukiran senyum tipis sebagai isyarat sapaan.
"Dia cowok baru di kelas. Anak pindahan. Tadi Nara diantar sama dia—"
Belum menyelesaikan penjelasannya. Tanpa aba-aba Dermaga melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Membuat Anara bingung sekaligus takut. Ia takut Dermaga mempunyai pandangan yang sama terhadap Lambang. Takut ia anggap seperti Raja. Ya, meskipun Anara belum menjamin 100% tentang Lambang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMANTARA : Milik Kita
Teen Fiction"Bisa nggak, ya? Semua momen-momen milik kita terlukis juga tersimpan pada hamparan langit di atas sana." Manusia selalu menuntut untuk sempurna. Tidak banyak dari mereka yang mau menerima kelemahan setiap yang dipunya. Hanya sebagian kecil di antar...