15. Dermaga

1.9K 269 86
                                    

Heyow 🤟

Ayo absen dulu nak anak

Ramein gaiss!

******

"Ada abang."

Dua kata yang meluncur dari bibir Dermaga. Hanya dua kata, tetapi berhasil membuat perasaan Anara menghangat. Ditambah tatapan mata teduh Dermaga yang seolah berbicara bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena Dermaga ada bersamanya. Juga tangan Dermaga yang melingkar di bahu Anara dan menepuk-nepuk pelan.

Degup jantung Anara yang tadinya berpacu kencang tidak beraturan kini mulai berdetak normal. Tubuhnya juga sudah tidak gemetar seperti tadi. Keringat di kening dan tangannya juga sudah berhenti membasahi. Entah panick attack yang kambuh kembali atau memang karena tidak terima dengan rasa sakit yang sangat itu sehingga dia tidak bisa mengontrol rasa kegelisahan di hatinya.

"Nara minta maaf, ya, Bang." Sudah terhitung sebanyak dua puluh kali Anara mengatakannya.

Dermaga menarik napasnya panjang, lalu mengembuskannya. Berulang kali juga dia membalas perkataan Anara. "Nggak perlu minta maaf, Ra."

"Itu hak perasaan kamu," sambungnya.

"Perasaan jatuh cintanya Nara salah, ya?"

Kini mata Dermaga menatap dalam kedua manik hitam milik Anara. "Bukan salah jatuh cintanya. Tapi, memang orangnya aja yang nggak tepat. Yang namanya perasaan kadang nggak bisa ditebak."

"Yang udah lewat. Biar aja lewat. Cukup jadikan pengalaman biar nggak keulang lagi dan lebih hati-hati ke depannya."

Entah hanya sekedar masuk telinga atau memang didengarkan sungguh-sungguh. Dermaga melihat Anara hanya menatap kosong ke arahnya.

"Cantiknya jadi nggak kelihatan kalau kamu cemberut gitu."

Sengaja Dermaga alihkan pembicaraannya agar Anara tidak terus menerus mengingat kejadian tadi yang membuatnya sedih.

Mata Dermaga seolah-olah mencari sesuatu di wajah Anara. Membuat alis cewek itu menaut. Dalam benaknya merasa bingung. Apa yang sedang dilakukan Dermaga?

"Senyum favoritnya Abang mana, nih?"

"Senyum favorit?" Dermaga mengangguk. Menyatukan ibu jari dan telunjuknya, sedangkan jari yang lain mengepal. Dibukanya kedua jari itu sampai membentuk seperti tanda centang. Bersamaan dengan kedua sudut bibirnya yang terangkat. Membentuk senyuman lebar sampai terlihat sedikit lesung pipinya di sebelah kanan.

Melihat itu, Anara ikut tersenyum. "Tuh, kan. Cantiknya makin kelihatan kalau senyum." Perkataan Dermaga membuat Anara semakin melebarkan sudut bibirnya. Sampai Anara merasa salah tingkah, membuatnya memukul kecil lengan Dermaga.

Hati Dermaga juga ikut tersenyum melihat senyuman adik perempuannya itu. Ya... Walaupun hanya dalam beberapa detik.

"Abang tahu dari kapan tentang Raja sama Faye?"

Senyum Dermaga memudar saat Anara bertanya. Dahinya yang mengkerut menandakan bahwa sekarang dia sedang mencoba mengingat sesuatu.

"Waktu kamu ke kafe pertama kali. Terus tiba-tiba dia pulang karena katanya ada urusan mendadak-"

"-abang nggak sengaja lihat dia di kafe lain yang jaraknya nggak jauh dari kafe yang kamu datengin."

BUMANTARA : Milik KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang