30. Masih Sama

1.5K 233 9
                                    

Alooo!!

Bacanya ngga usah buru-buru, nyantai ajaaa

Seperti biasaa, ramein yaaa!

Met baca all 💕

******

Dermaga memarkirkan motornya sebelum berjalan ke taman yang masih sangat ramai pengunjungnya. Padahal hari sudah gelap. Angin yang berhembus kencang sampai dinginnya dapat meraba kulit, meskipun sudah memakai lapisan jaket yang lumayan tebal. Ya ... Tempatnya memang sangat cocok digunakan untuk melepas penat dari segala bentuk kegiatan.

Langkah Dermaga terhenti saat tepat di depannya, seseorang menyandarkan punggungnya pada tiang lampu taman. Dermaga hanya berdecak saat melihatnya, lalu ia duduk di bangku yang ada di sampingnya.

Dermaga menyandarkan punggungnya, menatap langit malam yang terbentang luas dengan taburan bintang yang menemani sang bulan.

Cowok itu menghembuskan napasnya dan mengangkat suaranya, "Gue berhasil."

"Maksud lo?" tanya seseorang yang tadi membuat langkah Dermaga berhenti. Yang tidak lain adalah Ale.

Ale langsung mengambil tempat di samping Dermaga. Matanya menatap meminta kejelasan dari apa yang dikatakan cowok itu.

Kedua sudut bibir Dermaga perlahan naik. Menampilkan senyum hangat seperti ada kelegaan, namun juga ada sesuatu lain di dalamnya.

"Nara benci sama gue." Kalimat itu membuat mata Ale melotot seakan-akan mata itu hampir copot. "Siapa? Maksud lo Nara? Jadi, Nara sekarang benci sama lo?" Sebenarnya Ale sudah tahu. Hanya saja, ia ingin memastikan. Dan Dermaga membalasnya dengan anggukan.

"Lo masih bisa senyum, sementara lo tau kalau adek lo benci sama lo."

"Itu nggak seharusnya terjadi, Ga."

Entah kenapa melihat Dermaga masih mengulas senyumnya saat mengetahui kalau hanya ada rasa benci di dalam hati Anara untuk cowok itu, rasa-rasanya Ale tidak terima.

"Semua ini rencana kita. Tujuan kita. Lo inget, kan?"

"Dan tujuan pertama kita udah tercapai, Le. Dan semua ini juga buat Nara."

Dermaga berdiri diikuti Ale.

"Oke. Tapi, gimana kalau misalnya Nara tau kalau semua ini cuma pura-pura? Kita pura pura cuma buat dia, gimana? Gimana kalau dia tau— AKKHHHH!" Ale menghantam kosong angin untuk meluapkan kekesalannya.

"Dia pasti bakal lebih sakit lagi, Ga!" sambungnya dengan nada yang mulai meninggi.

Suasana tegang di antara keduanya mendadak terjeda saat seseorang memanggil dan berlari ke arah mereka.

"OIII BANG!" Dengan kompak mereka berdua menoleh ke sumber suara.

Cowok itu mengatur napasnya terlebih dahulu. "Lo berdua ... Hhh ... Ketemuan nggak ngajak-ngajak gue. Hah ... Padahal, kan, gue udah jadi ... bagian dari kalian juga," protes cowok itu masih kesusahan untuk berbicara.

"Buset ... Lo habis lomba marathon? Napas sampai kagak ada jaraknya begitu," seloroh Ale melihat Lambang yang memegang dadanya terengah-engah.

Lambang tidak bisa mengeluarkan suara karena napasnya yang masih susah dikontrol. Pasalnya, saat cowok itu mengejar kecepatan motor Dermaga, tiba-tiba saja motornya berhenti di tengah jalan karena kehabisan bensin. Terpaksa, ia tetap mengejar Dermaga sambil berlari menuntun motornya.

"Lagian ngapain, sih? Lo tiba-tiba jadi ngikutin kita mulu. Dah kayak ekor aja."

"Nggak apa-apa kali, Le. Lagian yang dia omongin juga bener. Dia udah jadi bagian dari kita, ngebantu kita." Dermaga berusaha menenangkan emosi Ale yang bisa saja nantinya memancing keributan hanya karena perdebatan ini.

BUMANTARA : Milik KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang