45. Life is About Time

1.7K 189 10
                                    

Aloo gaiss!

Seperti biazaa jangan lupa tap bintang dan komen juga yaww 😍

Mett bacaa all 💕

******

"Semangat!" Telapak tangan Dermaga mengepal. Ia berikan sedikit dorongan ke depan, bentuk pemberian semangat kepada cewek berseragam putih abu di hadapannya itu yang tidak lain adalah Anara.

Cewek itu menganggukkan kepalanya mantap dan membalas dengan gestur serupa dengan yang Dermaga tujukan padanya.

Mereka saling melempar senyum rekah.

"Nanti Abang jemput. Abang tunggu cerita hari ini kayak biasanya."

Anara mengangkat kedua ibu jarinya sejajar dengan pipi. "Oke siap!" katanya.

Sebelum Anara berbalik badan untuk masuk ke dalam sekolah, sempat ia dan Dermaga melakukan tos dengan saling membenturkan kepalan tangan mereka berdua. Lalu, Anara melambaikan tangannya.

Suara motor Dermaga terdengar menjauh dari tempat. Anara menoleh saat punggung cowok itu telah menghilang bersama dengan suara dari motornya yang semakin mengecil, lalu ikut menghilang.

Cewek itu mengulas senyum. Ia menghembuskan napas lega.

Beberapa minggu ini, hari-harinya berjalan seperti mobil yang berjalan di atas tol.

Sudah sangat lama sejak Dermaga pergi tanpa kabar. Sejak Dermaga menjadi orang lain. Rasanya seperti berhasil bebas dari sebuah jeratan ketika mereka berdua kembali. Hubungan keduanya kembali terjalin. Bahagia mereka berdua kembali tumbuh.

Bagaimana Anara bisa berhenti tersenyum untuk senangnya? Setelah sekian lama badai berlalu lalang dalam hidupnya. Akhirnya ia bisa kembali menghirup udara segar.

"Pagi, Ra!" sapaan itu membuat Anara terkejut dan berhenti tenggelam dalam pikirannya sendiri.

"Pagi, Lam!" balasnya.

"Gue lihat lihat beberapa minggu belakangan ini lo beda, Ra."

Perkataan Lambang membuat kedua alis Anara saling menaut.

"Maksud gue ... Lo lebih lepas aja gitu. Lo nggak bingung atau ragu-ragu lagi buat ngelakuin sesuatu. Nggak takut lagi sama bayangan bayangan kesendirian lo."

"Karena-"

"Abang lo," sahut Lambang sebelum Anara menyelesaikan kalimatnya.

Cewek itu menjentikkan jarinya, lalu mengangkat telunjuknya tepat di depan muka Lambang. Seakan memberi isyarat bahwa yang dikatakan Lambang adalah tepat.

Kedua sudut bibir Lambang terangkat memahami gestur Anara. Melihat itu, Anara ikut tertawa kecil.

******

Adakah yang kan bertahan lama

Dermaga, sudah letih merana

Tambatkan kapal ragam pesona

Tapi percuma

Berakhir pergi juga

Gelombang suara alunan lagu itu diterima dengan baik oleh gendang telinga Dermaga, pada satu sisi telinganya yang mengenakan earphone. Sedang telinga yang lain menerima gelombang suara menenangkan berasal dari suara deburan ombak serta kicauan burung yang menghiasi.

Dermaga kini tengah menikmati kesendiriannya di pantai Dermaga, duduk di bawah dua pohon kelapa tepatnya di antara kedua pohon yang ada di pesisir pantai. Posisi kaki seperti bersila tetapi sedikit di angkat ke atas sejajar dengan pinggul.

BUMANTARA : Milik KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang