20. Nara. Kembali Mendengarnya

1.5K 230 5
                                    

Alooo gais!

Absen dulu laaa

Ramein komen sama pencet bintang ya biar semangat nulisnya 🤟

Yooo

******

Anara mencium punggung tangan Nima sebelum dia pergi meninggalkan rumah untuk ke sekolah.

Cewek itu mendadak berhenti di depan kalender yang terpajang di dinding ruang keluarga. Jari-jari Anara mengusap samar di atas tanggal-tanggal yang berjajar dalam kalender itu.

"Satu tahun."

Ya. Sudah satu tahun lamanya, Dermaga tidak pulang. Sudah satu tahun lamanya, Dermaga menghilang tanpa ada satu pun kabar. Sudah satu tahun, Anara berjalan tanpa Dermaga di sampingnya.

Sekarang. Anara sudah bisa dan belajar banyak hal. Dari mulai mengendarai sepeda motor yang dibantu oleh Mang Konat, tukang ojek langganan Nima. Anara sudah berlatih untuk berani membela dirinya jika memang benar. Anara berlatih untuk berani bersuara jika ada hal yang salah tentangnya. Anara sudah menjadi seorang gadis yang kuat. Anara menjadi seorang gadis yang sudah bisa berjalan di atas kakinya sendiri.

Begitu banyak hal yang berubah. Bahkan hal kecil seperti pakaiannya yang sekarang sudah tidak begitu feminim seperti dulu.

Banyak hal yang telah dilewati Anara, sendirian.

Salah satu yang dilewatinya adalah ulang tahun yang ke-17.

Mungkin bagi sebagian besar orang, tahun ke-17 merupakan awal dari sebuah kehidupan. Dimana dari mereka, banyak sekali yang merayakannya dengan begitu spesial. Tapi, berbeda dengan tahun ke-17 Anara. Tidak ada perayaan. Tidak ada ucapan. Tidak ada apapun yang istimewa.

Mengingat tahun ke-16 nya yang begitu meriah karena Dermaga. Rasanya Anara ingin membuat waktu berhenti saat itu.

"Belum berangkat? Nanti telat loh," kata Nima dari belakang Anara. Membuatnya sedikit terkejut.

"Eh iya, Bu. Ini Nara mau berangkat." Nima mengangguk. "Hati-Hati!"

Perlakuan Nima ke Anara juga mulai ada perubahan. Dia sudah banyak merespon Anara. Kata-katanya yang begitu kasar kepada Anara juga sedikit berkurang. Meskipun, Anara kadang-kadang masih saja menerima tuduhan-tuduhannya dan masih menerima perkataan yang menyakitinya. Tapi, Anara bersyukur sudah tidak separah dulu. Anara merasa mulai ada kasih sayang yang muncul untuk dirinya dari Ibunya itu.

Entahlah. Benar kasih sayang atau memang sebuah perlakuan yang menyesuaikan dengan keadaan karena hanya ada Anara yang bersamanya saat ini sehingga menjadi sesuatu yang terbiasa.

******

Mata Anara tertuju pada kelas yang berada di seberang lapangan. Berseberangan dengan kelas sepuluhnya dulu. Anara berjalan ke arah kelas itu yang di dalam denah yang dikirim pada grup kelas tertulis bahwa itu yang akan menjadi tempatnya selama kurang dari satu tahun ke depan di jenjang akhir Sekolah Menengah Atasnya.

Langkah Anara terhenti saat Faye tiba-tiba berdiri tepat di ambang pintu kelas. Menghalangi jalan untuk Anara masuk. Sedangkan, teman-temannya yang lain mengelilingi Anara.

Bola mata Anara memutar jengah. Ayolah. Ini hari pertamanya kembali masuk menjadi siswi kelas 12. Masihkah harus bergelut dengan hal yang sama sekali tidak ada manfaatnya seperti ini?

"Nggak capek? Dari kelas 10 sampai sekarang lo terus-terusan ngelakuin hal nggak penting ke gue," ucap Anara dengan wajah datar.

"Harusnya gue yang tanya gitu ke lo. Nggak capek? Pura-pura jadi manusia yang sok berani, sok datar, sok segalanya. Aslinya lo masih sama, kan?"

BUMANTARA : Milik KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang