18. Hilang. Segalanya Hancur.

1.7K 234 16
                                    

Alooo

Absen dulu laa

Klik bintangnya dan komen banyak banyak 😻

Mett baca, all!

******

Masih setengah jam lagi bel berbunyi. Anara memilih untuk pergi ke taman belakang sekolah untuk duduk dan menghirup udara pagi di sana.

Sejak mengetahui tentang hubungan Faye dan Raja. Entah apa yang sahabatnya itu lakukan. Ralat. Sekarang menjadi orang yang paling membenci dirinya. Entah apa yang Faye bicarakan atau lakukan ke teman-teman sekelasnya sampai mereka menjauhi, menjelek-jelekkan, bahkan berkata yang tidak-tidak tentang Anara. Terkadang mereka juga bermain fisik seperti sengaja menabrakkan bahu dengan Anara lalu bertindak seakan-akan Anara lah yang bersalah dan mereka akan memarahi Anara. Bahkan, mereka pernah dengan sengaja menjulurkan kaki, membuat Anara tersandung dan terjatuh. Setelah itu, mereka menertawakannya.

Rasanya seperti berada di neraka jika bertemu dan harus menghabiskan waktu selama tujuh sampai delapan jam dengan mereka. Jika saja Anara bisa melawan. Tapi, Anara tidak punya cukup keberanian. Anara sendiri dan mereka banyak. Tentu saja rasa takutnya lebih besar.

Anara membuka ponselnya setelah mendudukkan bokongnya di atas bangku sebelah pohon mangga yang begitu besar yang ada di sudut taman.

Abang kapan pulang? Perginya sebentar, kan?

Centang satu abu-abu tak kunjung berubah dari beberapa minggu yang lalu. Bahkan, Anara mengirimkan spam chat kepada Dermaga.

Bang Ale. Tau Abang dimana? Dia nggak pulang-pulang dan sama sekali nggak ngabarin Nara.

Ale pun sama.

"Kemana sih?" Tangannya meremat kasar benda pipih itu. Kenapa dengan semua orang? Kenapa dengan Ale? Kenapa dengan Abangnya?

"Kenapa tiba-tiba?" Anara menundukkan kepalanya dalam. Menatap ponselnya dengan harapan ia menerima balasan meskipun hanya satu bubble chat saja. Tapi, nihil.

Anara khawatir dengan keadaan Dermaga. Pun Ale. Keduanya tidak ada kabar. Semua media sosial sebagai jalan terbesar untuk menghubungi mereka telah menghilang sejak saat itu.

"Udah lama bro. Lupain lah." Spontan Anara bersembunyi di balik pohon mangga besar di sebelahnya. Dia masih tetap mendengarkan pembicaraan kedua cowok yang berjalan melewati taman itu dengan langkah yang pelan.

"Gue udah hampir dapetin si Nara polos itu. Tapi, Arrggh! Rencana gue gagal. Sial! Gue jadi kalah taruhan."

Deg.

Hati Anara rasanya seperti ditimpuk dengan sesuatu yang sangat keras. Betapa terkejutnya saat Anara mengintip dari balik pohon, menangkap seseorang yang beberapa waktu lalu telah menghancurkan hatinya. Bahkan, sempat merenggangkan hubungannya dengan Dermaga.

"Raja."

Jadi, selama ini dia hanya dijadikan bahan taruhan? Bahkan, dia sampai rela tidak percaya pada Abangnya hanya demi cowok yang ternyata hanya menjadikannya taruhan itu? Gila.

Lebih gila lagi saat Raja kembali berbicara, "Dia sasaran empuk. Polos, gampang dibegoin, sampai dia ngelawan Abangnya cuma buat gue. Karena apa? Karena dia udah suka dan tergila-gila sama gue." Raja berdecak kesal.

"Ck. Ngomel mulu. Kayak orang patah hati lu. Atau—"

"Jangan-jangan lo beneran suka sama si Nara?" Raja menoyor kepala temannya. "Jaga mulut lo! Gue cuma sama si Faye! Denger?"

BUMANTARA : Milik KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang