Aloo!
Mett bacaa
Jangan lupa bintang sama komennya yaww 🫰🏻******
Anara menjatuhkan tubuh kecilnya itu di kasur lembut miliknya. Garis senyuman di bibirnya tak berhenti merekah sejak tadi selama ia merayakan hari spesialnya. Utamanya pada waktu yang ia habiskan bersama kakak laki-laki yang begitu ia sayangi.
Jika biasanya orang-orang bilang bahwa hari yang rasanya berjalan sangat lambat karena hari itu adalah hari yang berat untuk mereka. Malam yang berjalan lama karena malam itu banyak isi kepala yang riuh berisik. Kontras dengan apa yang dirasakan Anara.
Hari rasanya berjalan begitu cepat dan malam terasa singkat. Tak terasa sudah tengah malam. Sungguh, Anara menikmati dan menghabiskan waktunya dengan banyak hal bahagia di hari spesial miliknya.
Tangan kirinya ia angkat. Matanya menatap pada pergelangan tangan miliknya yang penuh dengan warna dan coretan.
Bukan. Ini bukan coretan yang biasa dilakukan saat ada hal yang terasa berat ia jalani, lalu ia lampiskan lewat coretan itu. Bukan coretan yang biasanya terasa perih setelah ia buat. Bukan coretan yang membuatnya terasa lega hanya pada detik itu, lalu memiliki jangka waktu yang lama untuk menghilangkan rasa sakitnya. Bukan juga coretan yang menimbulkkan ingatan sakit dan luka ketika melihatnya. Bukan coretan itu.
Coretan ini adalah coretan yang tidak biasa. Tidak ada rasa perih dan tidak ada tangis saat membuatnya. Justru coretan itu dibuat dengan perasaan menyenangkan. Coretan yang malah membuat dirinya geli di beberapa titiknya sehingga bisa menciptakan tawa. Coretan yang memiliki banyak bentuk lucu dan banyak warnanya, bukan hanya atas garis panjang dan satu warna.
Anara menjadi lebih menyukai coretan baru ini karena tidak ada rasa sakit di dalamnya. Saat melihatnya pun hanya teringat kebahagiaan.
Mungkin bagi orang lain coretan itu sangat sepele. Tapi, bagi orang yang tahu akan itu, coretan warna warni memiliki arti.
"Nanti kalau warnanya udah pudar dan Nara masih mau lagi coretan lucu ini, bilang ke Abang, ya!"
"Lihat! Kalau tangan Nara bersih pasti lebih cantik warnanya. Abang tungguin, deh, terus nanti kita bandingin. Yakin pasti kalau udah bersih warnanya makin lucu. Jadi, jangan ditambahin lagi, ya, dek, biar kita bisa cepat bandingin dan cepat tahu nanti gimana jadinya. Oke?"
"Jangan pernah menciptakan luka untuk diri sendiri."
Kenangan beberapa bulan yang lalu. Masa-masa gelap yang seringkali menghantui Anara tentang kesendiriannya waktu itu kini kembali berputar dalam ingatannya. Bagaimana dulu ia sering tanpa sadar menambahkan luka dalam dirinya sendiri.
Tatapannya kini menjadi sendu melihat garis berwarna coklat yang warnanya sudah pudar dan hampir menghilang itu. Kembali mengingat sakit yang ia rasakan pada masa itu. Rongga dadanya menjadi sedikit sesak seakan ingatan-ingatan itu terjadi lagi detik ini.
Anara mengedipkan matanya membuat ingatan-ingatan yang pelan-pelan bermunculan tadi dalam sekejap lenyap. Cewek itu tidak ingin terlalu dalam mengingatnya. Sungguh, sakit sekali. Anara tidak ingin melaluinya lagi. Ia membiarkannya menjadi kenangan pahit yang membentuk pribadi Anara kuat seperti sekarang. Tapi, Anara tidak akan tenggelam dalam ingatan itu.
Pandangan matanya menitih pada coretan-coretan dengan corak warna yang terang, memberi kesan ceria saat memandangnya. Coretan dengan berbagai macam bentuk seperti bulan, bintang, bunga, es krim, awan, perahu, dan bentuk lainnya. Gambaran yang Dermaga buat untuk menutupi bekas goresan tangan Anara.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMANTARA : Milik Kita
Teen Fiction"Bisa nggak, ya? Semua momen-momen milik kita terlukis juga tersimpan pada hamparan langit di atas sana." Manusia selalu menuntut untuk sempurna. Tidak banyak dari mereka yang mau menerima kelemahan setiap yang dipunya. Hanya sebagian kecil di antar...