Aloo!
Langsung baca aja mwehehe 😁
Met bacaa 💕
******
Anara meraih helm miliknya dari tangan Ale yang terulur memberikannya. Sembari memakai, mata Anara tidak berhenti memandang ke sekelilingnya. Pandangannya berhenti lurus pada seorang cewek yang memakai dress coklat kekuningan dengan panjang selutut. Dan rambutnya yang terkuncir ke atas. Ia sedang mengantre di loket yang sama dengan Anara sebelum masuk ke ruangan melukis tadi.
Beberapa kali Anara mengerjapkan matanya. Ia tidak salah melihat. Cewek itu adalah Faye.
Tanpa berpikir, Anara langsung berjalan menghampiri Faye. "Bentar, ya, Bang," ucapnya kepada Ale.
Ale tak mengucapkan apapun karena langkah Anara sudah jauh darinya. Ia hanya memperhatikan cewek itu di atas motornya dari kejauhan.
Saat jarak di antaranya dengan Faye sudah mulai dekat, Anara sempat berpikir. Kenapa Faye berada di sini? Apakah dia hanya sekedar ingin melukis? Atau untuk melakukan hal yang sama dengannya? Menyalurkan ... Rasa?
"Hai!" sapa Anara sambil menepuk pelan bahu Faye.
Terlihat dari bola mata Faye yang membesar. Betapa terkejutnya cewek itu ketika tahu orang yang menyapanya adalah Anara.
Senyum Anara yang tadinya lebar, perlahan-lahan turun karena melihat gelagat Faye seperti cacing kepanasan. Cewek itu benar-benar panik. Seperti seorang maling yang telah tertangkap basah. Membuat Anara bingung melihatnya.
"Fe?" Pada saat itu juga Faye sempat meneguk ludah kemudian lari menjauh dari Anara. Cewek itu terbirit-birit mengejar mobil dengan supir pribadinya yang tidak terlalu jauh dari sana. Faye melambaikan tangannya ke arah mobil itu mengisyaratkan berhenti. Dan sepertinya, sopirnya melihat dari kaca spion. Langsung saja mobil itu berhenti dan Faye berlari masuk ke dalam mobilnya tanpa menoleh ke Anara.
Tubuh Anara masih mematung dibuat kebingungan oleh Faye. Pandangannya masih menatap lekat mobil hitam yang mulai hilang di kejauhan sana.
Anara tersadar saat ada yang menepuk bahunya.
"Bukannya itu cewek yang ngira lo ngerebut Raja?" tanya Ale dibalas dengan anggukan Anara.
"Kenapa lo masih nyamperin dia?" tanya Ale, lagi. Ia tidak ingin Anara bermasalah lagi dengan cewek itu.
"Cuma mau nyapa, Bang. Lagian Nara nggak mau punya permusuhan sama orang. Makanya Nara nyoba buat biar bisa baik-baik aja sama dia."
"Di saat lo mau memperbaiki relasi. Tapi, liat! Dia malah ngibrit gitu. Percuma, Ra. Kalau cuma lo yang memperbaiki tapi dianya enggak."
"Udah, yuk! Katanya mau mampir ke Papa," ujar Ale mengingatkan Anara.
Oh iya. Hampir saja lupa. Anara, kan, ingin berkunjung sebentar ke Papanya.
Anara mengikuti langkah Ale ke parkiran motor. Tapi, pikirannya tentang Faye juga mengikutinya.
Semua teman kelasnya sudah baik-baik dengannya. Hanya Faye.
Apakah Faye masih menganggapnya sebagai seorang musuh?
******
Ale duduk di atas motornya sambil memainkan benda pipih di tangannya. Dia berada di luar TPU. Sementara Anara berada di dalam sana. Tentu Ale mengerti.
Lutut Anara sedikit terasa lemas karena sudah berjongkok di samping makam Papanya selama hampir lima belas menit. Tapi, tidak masalah baginya.
Tangan yang satu meremat gundukan tanah basah yang bertabur bunga segar di depannya. Sedang tangan lainnya di atas pahanya yang merapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMANTARA : Milik Kita
Novela Juvenil"Bisa nggak, ya? Semua momen-momen milik kita terlukis juga tersimpan pada hamparan langit di atas sana." Manusia selalu menuntut untuk sempurna. Tidak banyak dari mereka yang mau menerima kelemahan setiap yang dipunya. Hanya sebagian kecil di antar...