26. Teman

1.5K 220 20
                                        

Aloo! Apakabar nih?

Absen dulu dong, mau liat siapa yang masih stay di sini atau ada teman baru Bumantara?

Bintang dan komennya mantemann 🤩✊🏻

Met baca 💕

******

Setelah makan malam, Anara sengaja tidak naik ke lantai atas dan masuk ke dalam kamarnya, ingin berbicara dengan Dermaga. Sedangkan Dermaga langsung pergi ke kamarnya, lalu menutup pintunya rapat setelah makan malam, meskipun sebelum meninggalkan ruang makan ia melihat Anara yang duduk sendirian di ruang keluarga.

Masih ada harapan di mata cewek itu bahwa sebentar lagi Dermaga pasti akan keluar dan kembali turun ke bawah. Mungkin saja tadi Dermaga masih merasa kelelahan karena akhirnya telah kembali pulang setelah pergi satu tahun lamanya. Pasti hanya perasaan Anara yang merasa Dermaga berbeda. Saat ini, Anara yakin, bahwa Dermaga yang sekarang, masih orang yang sama seperti sebelum ia pergi satu tahun yang lalu.

Jam menunjukkan pukul sebelas malam. Hampir tiga jam Anara menunggu. Namun, tidak ada suara langkah kaki yang terdengar untuk datang ke lantai bawah. Hanya suara obrolan dan musik dari televisi yang masuk ke telinga Anara. Kedua matanya yang hanya terbuka satu inci itu tak berhenti memeriksa tangga. Anara memaksakan dirinya untuk tetap bangun.

Matanya melebar saat tiba-tiba melihat bayangan Dermaga yang berjalan ke arah dapur. Tangannya menggosok-gosok matanya karena penglihatannya yang buram. Sejak kapan Dermaga membuka pintu dan turun ke bawah? Anara tidak mendengarnya. Astaga! Anara pasti tertidur sebentar.

"Abang!" panggil Anara dengan suaranya yang terdengar begitu keras.

"Ssstt! Udah malam. Suara lo bisa ngebangunin orang yang lagi nyenyak tidur." Dermaga berbisik tanpa memandang ke arah Anara. Ia fokus mengisi air ke dalam botol minumnya.

Suara Dermaga terdengar sangat menekan. Sampai Anara yang berada di belakangnya cukup tersentak dalam sekejap mendengarnya.

"Abang pasti capek. Maaf, ya, Nara tadi banyak banget ceritanya. Pasti Abang mau istirahat dulu. Tapi, Nara malah ngebuat Abang lebih capek lagi karena harus dengerin cerita Nara."

"Oh, iya. Selama satu tahun, Abang pasti lebih banyak pakai lo-gue daripada aku-kamu. Secara, kan, Abang kalau ngobrol sama orang lain pasti pakai itu. Dan Abang mungkin jadi sedikit canggung, ya? Kalau pakai aku-kamu ke Nara. Nggak apa-apa, Bang. Nggak lama lagi pasti bisa biasa lagi pakai kata itu."

Tidak ada satu patah katapun yang keluar dari mulut Dermaga. Setelah botol minumnya penuh. Ia berbalik, mengambil tutup botol yang tadi ia letakkan di atas meja. Dengan kepala tertunduk seakan tidak ada memandang kehadiran Anara di dekatnya.

"Abang tadi bilang ke Ibu pakai panggilan Aga, ya? Kita sama. Meskipun, udah nggak bareng selama satu tahun. Ternyata ikatan kita tetap seerat itu. Abang tau? Nara juga ganti panggilan Nara jadi Ara."

"Aga, Ara. Itu sama," sambungnya dengan sudut bibirnya yang tertarik sangat lebar saat menyebutkan nama panggilan mereka yang diubah dan terdengar sama.

"Padahal kita nggak janjian, kok—"

Duk!

Kalimat Anara terhenti saat kepalan tangan Dermaga memukul meja. Dua kali ia dibuat tersentak kaget.

Cowok itu menoleh ke arah Anara yang berada di sampingnya. Kepalanya sedikit menunduk karena tinggi mereka yang berbeda.

"Udah selesai ngocehnya?"

BUMANTARA : Milik KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang