Aloowww pasukan burubur aszekk
Ramein lah yaww, spam komennya biar bang Derr bangga 😋💪
Mett baca all 💕
******
"Kalau diomongin tuh yang nurut sesekali bisa, nggak?" Nadia terdengar membentak.
Ruangan ber-AC dengan satu ranjang khas, beberapa alat kabel kecil panjang yang ditempelkan pada area dada bidang Dermaga dan layar monitor yang tercetak gambar jantungnya. Satu televisi untuk menemani di kala bosan. Ruangan pribadi Dermaga untuk menjalani perawatan.
Iya, pribadi. Ale yang meminta ruangan pribadi di sebuah rumah sakit kota yang dimana papanya merupakan pemilik saham. Sekaligus membawa kakak sepupunya-Nadia-yang awalnya bekerja di sebuah rumah sakit di Australia sana akhirnya ikut pindah ke Indonesia hanya karena ingin perawatan terbaik untuk Dermaga dan Ale yang menanggung seluruh biayanya.
Anak tunggal kaya raya itu sempat ditolak oleh Dermaga saat mengatakan ingin menanggung semua biaya. Tapi, karena sifat keras kepalanya membuat Dermaga akhirnya mau tidak mau mengiyakan.
Terlihat tangan Nadia yang sibuk membenarkan posisi alat seperti kabel-kabel kecil panjang itu yang ada di area dada Dermaga. Terhitung ada sekitar 4 atau 5 alat.
Nadia sengaja menekuk wajahnya karena kesal dengan Dermaga yang susah sekali untuk diingatkan.
Sudah tahu keadaannya pada titik mengkhawatirkan, tapi Dermaga masih saja menyepelekan untuk menjaga kesehatannya. Bahkan, terlihat seperti tidak peduli.
"Lagian ini juga buat kesehatanmu sendiri. Capek lama-lama kalau ngingetin terus, tapi yang diingetin malah semaunya sendiri."
Sungguh. Nadia tidak serius dengan ucapannya. Ia hanya ingin mengingatkan Dermaga untuk lebih protect pada kesehatan dirinya sendiri.
Namun, sepertinya Dermaga menerima perkataan itu dengan anggapan sungguh.
"Sorry, Kak. Aku-"
"Udah dibilangin berapa kali kalau ngomong sama aku nggak usah pakai 'aku-kamu' nggak apa-apa, Ga. Aku lebih nggak enak kalau denger kamu pakai kata itu ngobrolnya."
Sempat-sempatnya Nadia mengoreksi kata 'aku-kamu' yang kedengaran tidak cocok jika Dermaga menggunakannya saat berbicara dengan Nadia.
Sebenarnya, jika menggunakan kata 'gue-lo' kepada Nadia, Dermaga merasa sungkan. Tapi, karena Nadia tahu Dermaga tidak terbiasa menggunakan selain kepada Ibu dan adiknya, Nadia akhirnya mengatakan kepada Dermaga agar tidak sungkan.
Rasa kesal yang tercetak jelas pada wajahnya yang memerah, bisa Dermaga baca. Membuat cowok itu tersenyum tipis hampir tak terlihat.
"Iya ... Gue minta maaf, Kak. Lagian-" Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Nadia kembali memotong perkataan Dermaga.
"Lagian apa? Demi adik kamu? Demi Ibu kamu? Demi apalagi? Sekalian demi orang-orang sedunia!"
Meskipun, tangannya terasa gatal ingin mengerjakan sesuatu dengan kasar karena ingin menyalurkan kekesalannya, Nadia tidak melakukan itu. Ia tetap bersikap profesional, memeriksa Dermaga dengan tetap hati-hati dan sesuai prosedur.
"Ayolah, Ga. Sekali-kali pikirin gimana nanti resikonya buat kesehatan kamu!"
Dermaga menghembuskan napasnya kasar. Ia tidak ingin menanggapi perkataan Nadia. Lagipula, Nadia juga pasti sudah tahu jawabannya. Karena pasti jawaban Dermaga mutlak template dengan jawaban yang sama seperti yang sudah-sudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMANTARA : Milik Kita
Teen Fiction"Bisa nggak, ya? Semua momen-momen milik kita terlukis juga tersimpan pada hamparan langit di atas sana." Manusia selalu menuntut untuk sempurna. Tidak banyak dari mereka yang mau menerima kelemahan setiap yang dipunya. Hanya sebagian kecil di antar...