43. Detik Milik Mereka

1.9K 186 24
                                    

Aloww guis!

Siapa yang kangen Maga Nara??

Langsung baca aja bwang 😋

Eits jangan lupa vote dan komennya yaww!

******

Anara merasakan kepalanya kini berputar. Pasalnya, saat matanya terbuka, tubuhnya langsung terlonjak untuk bangun tanpa menunggu nyawanya terkumpul. Saraf-sarafnya pun juga belum siap menerima perintah mendadak dari otaknya. Alhasil, rasa pusing menyerang isi kepalanya. Kini, ia mengerjapkan matanya untuk meredam rasa nyeri sambil menopang kepalanya dengan tangan.

Yang membuat Anara terbangun kaget adalah ia mengingat tentang kemarin malam.

"Besok pesawatnya berangkat jam sepuluh pagi. Lo jangan kesiangan kalau bangun." Suara itu berasal dari kamar Dermaga.

Anara yang tadinya akan masuk ke dalam kamar menjadi penasaran setelah mendengarkan suara percakapan itu. Ditambah pintu kamar Dermaga tidak tertutup sempurna.

Dengan cela yang berjarak sekitar 10 cm itu, Anara menggunakannya untuk mengintip apa yang terjadi di dalam kamar Dermaga.

Matanya menangkap pergerakan Dermaga yang mondar mandir antara kasur dengan lemari pakaian. Mata Anara membesar saat tahu lipatan-lipatan pakaian dan beberapa barang menumpuk di dalam koper yang terbuka di atas kasur.

Sambil bergerak, Dermaga rupanya juga sedang berbincang dengan seseorang di telpon yang tergeletak di atas bantal yang ada di kasurnya.

"Gue yang harusnya bilang itu ke lo," ucap Dermaga.

"Ya ya ya."

Pantas saja suara telponnya terdengar sampai keluar kamar. Ternyata teleponnya memakai mode lost speaker. Dan suara seseorang yang ada di telepon itu tidak lain adalah Ale.

"Lo bilang ke Anara?" pertanyaan Ale membuat Anara semakin serius mendengarkan.

"Nggak," jawab Dermaga singkat.

"Kenapa?"

"Gue nggak mau dia tau." Pernyataan dengan nada Dermaga yang tidak ingin dibantah itu membuat Anara akhirnya memutuskan untuk selesai mendengarkan.

Cewek itu menegakkan tubuhnya. Dengan wajah merengut kecewa, Anara berjalan perlahan ke kamarnya. Ia tidak ingin lagi mendengarkan.

Anara mengunci pintu kamarnya rapat. Ia lemparkan tubuh kecil itu ke tempat tidur lembutnya.

Matanya menatap langit-langit kamar dengan kebingungan di kepalanya.

Kemarin. Dermaga mengatakan ingin kembali lagi ke masa-masa indah yang dulu. Tapi, kenapa besok ia ingin pergi lagi? Bahkan, tidak ingin Anara tahu. Apa besok Dermaga akan meninggalkannya lagi? Kenapa?

Kenapa Dermaga begitu membingungkan?

******

"Gue nggak mau dia tau."

"Kenapa? Lo katanya mau balik lagi kayak dulu. Kenapa lo malah diem dieman gini sama Nara. Malah kayak menjauh." Ale mengambil nada tinggi kali ini.

"Cuma untuk beberapa hari, Le."

"Meskipun cuma sebentar, seenggaknya lo kasih tau adek lo."

"Gue bingung." Dermaga menjeda kalimatnya.

"Di antara kita masih dingin. Kalau gue kasih tau Anara, kesannya nanti malah seakan gue menyepelekan apa yang terjadi antara gue sama dia yang belum ada kejelasan penyelesaian. Gue bingung darimana mulainya."

BUMANTARA : Milik KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang