28. Tak Dikenal

1.5K 217 13
                                    

Eyyo wassap!

Ramein komennya dong biar jadi kekuatan menulis kilat ⚡

Votenya jugaa!!!

Met bacaa 💕

Sangat dipersilahkan untuk meluapkan segala perasaan di kolom komentar  ☺️🙏🏻

******

Nima menatap nanar putrinya yang saat ini duduk di atas ranjang dibantu Ale untuk mendapatkan posisi nyaman. Setelah itu, Ale menghadap ke arah Nima, menganggukkan kepalanya samar. Memberi isyarat bahwa Anara akan baik-baik saja bersamanya dan dibalas anggukan pula oleh Nima, lalu wanita itu keluar dengan membiarkan pintu kamar tetap terbuka.

Pandangan Ale kini beralih kepada Anara. Cowok itu menatapnya iba. Penampilannya yang berantakan membuat Ale seperti ikut merasakan betapa lelahnya diri Anara.

"Kenapa?" tanya Ale berhati-hati.

Anara mendongakkan kepalanya lemah. Ia menatap Ale dengan mata lelahnya sedikit lama, sebelum akhirnya membuka mulutnya untuk berbicara.

"Satu tahun yang lalu ...," mulainya.

Cewek itu menceritakan semua yang terjadi dari satu tahun yang lalu sampai apa yang terjadi dalam beberapa jam yang lalu. Tentang dirinya dan Dermaga.

Di sepanjang cerita, Ale menatap dalam mata Anara, memperhatikannya benar-benar. Lewat mata itu, Ale bukan hanya mendengarkan, tapi juga merasakan apa yang Anara rasakan saat melewati semua itu.

"Masalah Aga sama Ara dipermasalahin? Emang apa bedanya Maga sama Aga?! Sama aja Dermaganya," suara Ale sedikit meninggi. Ada rasa tak terima dari suaranya.

"Beda," timpal Anara.

"Aga bukan seorang Dermaga yang dulu kita kenal. Dia ... Udah berubah."

Ale menggertakkan giginya. Mengepalkan tangannya begitu kuat dan meninju pada kasur Anara. Wajahnya seketika memerah.

"Bang Ale tenang. Pasti ada alasan dibalik itu semua. Karena nggak mungkin tiba-tiba Abang berubah 360°. Kita harus cari tahu alasannya, Bang," ucap Anara dengan suaranya yang parau.

Mendengar itu, Ale berusaha untuk menahan emosinya, memahami Anara, dan mencoba mengalihkan topik pembicaraan agar Anara tidak terus-terusan memikirkan hal yang membuat dirinya sudah sangat kacau.

"Maaf, Bang Ale juga baru balik. Bahkan, Bang Ale juga nggak ngehubungin kamu selama setahun karena—"

"Nggak apa-apa, Bang. Kalau memang ada alasan dibalik itu yang sekiranya nggak perlu atau nggak mau Abang ceritain, nggak apa-apa. Nara ngerti. Yang penting sekarang, Abang udah ada di sini."

Anara mengulas senyumnya dan Ale juga membalasnya. Tapi, Ale merasa bingung. Kenapa Anara tidak ingin penjelasan apapun tentang hilangnya dia selama satu tahun, seperti apa yang dia lakukan ke Dermaga?

"Nara nggak mau kalau nanti pertanyaan-pertanyaan Nara malah membuat Nara harus menambah rasa sakit lagi karena orang yang berubah," batin Nara seakan membalas isi pikiran Ale.

"Nara nggak kangen sama Abang?"

"Kangen. Tapi ... Nggak terlalu." Jawaban Anara berhasil membuat Ale membulatkan matanya. "MAKSUD?!"

Anara tertawa saat Ale dengan mudahnya terpancing emosi. Ternyata, satu tahun itu tak mengambil emosi setipis tisu Ale.

Tangan cewek itu berusaha meraih sesuatu yang sepertinya terjatuh di lantai. Ale berusaha mengintip karena penasaran apa yang sedang diambil oleh Anara.

BUMANTARA : Milik KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang