Alooo malem semua
Absen sini
Ramein komen dan jangan lupa klik bintangnyaa
Part ini sjskskjsksk 💘
******
Sedari tadi Anara tidak berhenti mengelilingi sebuah tempat dengan lahan seperti lapangan yang sangat luas. Tidak banyak kendaraan yang lewat di sana. Tempatnya didominasi oleh para pejalan kaki. Banyak yang berhenti di sana untuk sekadar mengabadikan momen dengan berfoto dan jalan-jalan. Mungkin tempat itu sengaja dibuat dengan keindahannya ditambah dengan adanya laut yang tidak jauh dari sana menambah vibes ketenangan. Cocok untuk orang-orang yang ingin menikmati suasana dan menenangkan pikiran juga perasaannya. Yang saat ini lebih dikenal dengan istilah 'healing'.
Mood yang tadinya melonjak excited mendadak berubah menjadi kekesalan. Bibirnya mengerucut sepanjang lima sentimeter. "Abang kemana sih? Katanya di suruh ke sini. Malah nggak dateng-dateng," gerutunya sambil menyilangkan tangannya di depan dada.
Anara terkejut bukan main saat merasakan ketukan jari pada pundaknya. Badannya memutar lalu menangkap seorang anak kecil setinggi perutnya dengan membawa sebuah balon berwarna merah. Matanya membulat sempurna saat melihat di belakang anak itu telah berbaris beberapa orang yang masing-masing memegang balon dengan warna yang berbeda.
Anak kecil itu menarik ujung baju Anara. Dia meminta Anara untuk memperhatikannya dengan menunjuk balon merah yang digenggamnya.
"Itu wajah kesal atau marah?" tanya Anara saat melihat sebuah gambar pada balon itu dengan ekspresi yang dia katakan.
Tangan kiri anak itu terangkat untuk memberikan sebuah kotak kecil transparan kepada Anara. "Jarum?" Anak itu mengangguk dan menunjuk balon merahnya. Anara merasa dia mungkin harus meletuskan balon itu dengan jarum.
Dorr
Mata Anara dan anak kecil itu mengerjap beberapa detik saat balonnya meletus.
"Selamat ulang tahun, kak Nara! Jangan sering ngambek-ngambek, ya," ucap anak itu berhasil mengundang gelak tawa Anara. Badan anak itu bergeser lalu berganti dengan seorang remaja perempuan dengan membawa balon berwarna kuning dengan gambar ekspresi takut.
Dorr
Anara meletupkan balon itu persis dengan yang dia lakukan dengan balon sebelumnya.
"Selamat ulang tahun, Nara! Kalau ngerasa takut. Ingat! Kamu nggak sendirian."
Seorang pria, wanita, dua orang anak laki-laki dan perempuan, juga sepasang kakek-nenek yang tadinya mereka berbaris, kini mereka berkumpul menjadi satu. Wanita itu membawa balon berwarna abu dengan ekspresi sedih. Yang lainnya membawa balon berwarna abu juga tetapi dengan tone warna dari yang muda ke yang sangat gelap. Begitu juga ekspresi yang tergambar. Dari sedih yang biasa sampai menangis.
"Di dunia ini, kita pasti pernah merasa sedih, kecewa, ingin menangis. Pasti." Wanita itu mengatakannya dengan begitu lembut.
"Tapi, jangan sering-sering sedihnya," timpal kakek yang berada di sebelahnya.
"Kamu nggak cocok sedih apalagi cemberut kayak tadi. Nanti jadi kayak donal bebek, lo...," seloroh seorang pria yang merupakan suami dari wanita tadi.
"Kamu itu cocoknya kalau senyum, ayo coba senyum," seru sang nenek yang menyubit pipi Anara untuk menarik senyum di wajah cewek itu.
"Kakak jadi cantik banget kalau senyum." Dua anak tadi mengatakannya saat melihat senyum Anara.
Sungguh. Saat ini Anara merasa terharu juga malu karena sekarang dirinya menjadi pusat perhatian orang-orang di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMANTARA : Milik Kita
Fiksi Remaja"Bisa nggak, ya? Semua momen-momen milik kita terlukis juga tersimpan pada hamparan langit di atas sana." Manusia selalu menuntut untuk sempurna. Tidak banyak dari mereka yang mau menerima kelemahan setiap yang dipunya. Hanya sebagian kecil di antar...