Seorang wanita berusia sekitar 40 tahun memasuki salah satu ruangan di gedung yang dijadikan tempat perjuangan hidup dan matinya seseorang. Butuh beberapa saat untuk mengumpulkan keberanian dan hati yang kuat untuk memasuki ruangan tersebut.
Memang bukan hal yang besar tapi hal ini adalah hal yang sangat besar jika di lakukan.
Dengan lembut dia mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Setelah mendapat respon dari orang yang menempati ruangan tersebut, baru dia masuk.
"Tante siapa?" Tanya orang yang terbaring di atas brangkar rumah sakit yang tak lain adalah Rere. Terselip rasa sakit saat Rere menyebut dirinya dengan sebutan 'tante' tapi dia berusaha menampik dan menaklukkan gak tersebut.
Senyuman terindah di tampilkan oleh wanita berusia 40an tersebut sebagai respon dari pertanyaan Rere. Ada setitik rasa bahagia yang hinggap di hati Rere saat melihat senyum itu tanpa diketahui olehnya.
"Apa kabar?" Tanya wanita itu kemudian tangannya terulur mengusap lembut kepala Rere dengan didasari kasih sayang yang belum pernah didapatkan darinya.
"Baik. Maaf sebelumnya, Tante siapa ya? saya tidak pernah melihat tante" tanya Rere kembali dengan hati-hati. Mungkin Tante ini salah ruangan dan mengiranya benar pikir Rere.
"Maaf" satu kata yang terucap dari mulut wanita yang berparas cantik bersamaan dengan air mata yang mengalir di pipinya. Rere menyerngit heran. Dirinya tidak mengetahui dan tidak pernah bertemu wanita yang menjenguknya sekarang tapi tiba-tiba wanita ini mengucapkan kata maaf.
"Kamu tumbuh menjadi anak yang baik, kamu cantik, pintar, ayahmu mendidikmu dengan benar, dia berhasil. Bunda harus berterimakasih pada ayahmu nak"
Bagai tersambar petir di saat ada seorang wanita yang secara tiba-tiba menyebut dirinya sendiri 'bunda' di depan Rere dan juga tangan yang menggenggam erat tangan Rere. Bagaimana bisa ada orang yang menyebut dirinya bunda di depan Rere sedangkan Rere pun tidak mengetahui siapa ibunya sendiri, apakah memang wanita ini lah yang mengandungnya, melahirkannya, dan meninggalkannya? Seketika semua itu terlintas di kepala Rere.
Tak ada yang mengeluarkan suara beberapa saat kecuali Isak tangis seorang wanita yang menyebut dirinya 'bunda'.
"Tante siapa?" Tanya Rere kembali.
Wanita itu mengambil nafas dan mengeluarkannya sebelum menjawab pertanyaan Rere.
"Wanita yang ada di hadapanmu ini adalah wanita jahat yang sudah mengandung dan melahirkan seorang putri yang cantik dan pintar. Tapi dengan bodohnya wanita di hadapanmu ini meninggalkan darah dagingnya sendiri untuk waktu yang lama. Maafkan wanita yang jahat ini" jelas wanita itu yang bernama Desi yang menangis sesenggukan.
"Mas Damar hebat, dia bisa merawat Perempuan yang belum mendapatkan kasih sayang dari ibu kandungnya dengan sendirian" lanjut Desi yang tersenyum kecut. Rere tak mengeluarkan sepatah kata pun dan dia juga tidak merespon apapun kecuali air mata yang menetes dalam diamannya. Dia menangis dalam diam, bukan lebih tepatnya hanya mengeluarkan air mata tanpa isak tangis yang terdengar.
"Kenapa baru sekarang?" Tanya Rere. Sebenarnya Rere ingin sekali memeluk erat wanita yang ada di hadapannya. Walaupun belum pernah bertemu dan tak pernah tau, rasanya Rere sangat rindu kepadanya.
"Maafkan bunda, karena bunda meninggalkanmu. Tapi jika bunda bisa mengulang waktu kembali, bunda tidak akan meninggalkan kalian berdua. Jika ditanya apakah bunda menyesal? Tentu saja iya. Tapi karena keadaan yang memisahkan kita secara paksa membuat bunda tidak bisa melakukan apa-apa"
"Bunda masih terikat nak dengan ayah kamu, kami belum berpisah, belum ada kata 'talak' diantara kami. Perasaan bunda untuk kamu dan ayah kamu masih ada, masih bunda simpan selama 17 tahun lamanya. Bunda minta maaf jika bunda harus membaginya dengan orang lain" lirih Desi.
"Bunda minta maaf nak, sangat-sangat minta maaf. Bunda akan menerima apapun yang akan kamu dan ayahmu lakukan nantinya untuk menebus kesalahan bunda. Tolong maafkan bunda nak" Desi menggenggam erat tangan Rere seolah tak mau kehilangan untuk keduakalinya. Putrinya ini sangat mirip dirinya semasa mudanya.
"Maaf saya ingin istirahat dahulu, terimakasih telah menjenguk saya" secara tidak langsung Rere telah mengusir ibunya sendiri. Desi tak memasukkannya dalam hati, Desi memaklumi apa yang di lakukan Rere. Pastinya Rere tidak nyaman bersamanya pikir Desi.
"Istirahatlah, semoga kamu lekas sembuh, jangan abaikan makanmu, pikirkan dirimu sendiri untuk memikirkan orang lain, dan jangan stres, bunda sayang kamu nak. Oh iya satu lagi, bunda bangga sama kamu karna telah memenangkan olimpiade fisika yang baru beberapa hari yang lalu di laksanakan, selamat untuk kemenanganmu dan selamat kamu berhasil melewati satu per satu rintangan yang menghadangmu"
"Mungkin jika itu bunda yang melakukannya tidak akan sanggup sepertimu. Bunda pamit dulu" lanjut Desi.
Tanpa disangka Desi mengecup kening Rere untuk menyalurkan rasa sayangnya selama ini. Bersamaan dengan itu Rere menutup matanya dan mengeluarkan air matanya kembali. Melihat Rere menangis, Desi menghapus air mata yang jatuh di pipi Rere dengan lembut.
"Jangan nangis apalagi nangisin bunda, bunda tidak pantas mendapat air mata yang terlalu berharga darimu" Desi menampilkan senyuman termanisnya hanya untuk putrinya ini.
Hanya dengan senyuman tanpa sepatah kata pun, Desi keluar meninggalkan ruangan Rere.
ÓÓÓÓÓÓ
Esok harinya Rere sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Pagi-pagi sekali Andra sudah datang menjemput Rere di rumah sakit setelah semalam dia diberitahu oleh seorang perawat bahwa Rere sudah boleh pulang.
Sekitar jam 9 siang Rere dan Andra meninggalkan rumah sakit tempat dimana Rere di rawat. Karena sedari tadi Rere belum juga sarapan, Andra menghentikan mobilnya di sebuah tempat yang disitu ada penjual bubur ayam.
"Kita makan dulu ya, lo belum sarapan tadi sama minum obatnya" Rere hanya mengangguk patuh.
"Mang, buburnya dua ya yang satu pake sambal" pesan Andra.
"Siap mas" jawab mamang penjual.
"Besok mau langsung sekolah?" Tanya Andra saat mereka sudah duduk di salah satu bangku yang di sediakan oleh penjual. Rere hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Hari ini lo harus istirahat seharian, gak boleh aktivitas berat sampek buat lo capek" ucap Andra.
"Gue yang sakit kenapa Lo yang repot sih kak" ujar Rere.
"Gue sayang sama lo, gimana gue gak repot" jawab Andra. Tanpa sepengetahuan oleh keduanya ada orang yang tidak sengaja mendengar percakapan keduanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'M REINARA
Teen Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! REINARA DESTIA. Cewek cantik dan pintar dengan sifatnya yang baik, ramah, rendah hati, mudah sayang terhadap orang lain, tapi semua sifatnya itu tertutup dengan sifat cueknya yang melebihi kulkas 7 pintu. Tak lepas d...