5. Tidak Terduga

13.8K 727 5
                                    

Walau dirundung rasa malu yang luar biasa, akhirnya Jingga tetap menuruti titah Arsen. Ia beranjak menghampiri Arsen yang menunggunya di sofa tengah ruang rawat. Berhadapan dengan ranjang tempat Dirga terbaring.

Di depan Arsen, gadis itu duduk dan melihat seluruh makanan yang sudah ditata di atas meja.

"Saya nggak tau makanan yang kamu suka. Jadi, saya beli beberapa menu supaya kamu bisa milih," ungkap Arsen usai melihat Jingga duduk.

"Saya nggak pilih-pilih makanan, kok, Pak," jawab Jingga.

Melirik Jingga sekilas, Arsen lanjut bertanya, "Nggak punya alergi tertentu?"

"Ada. Alergi seafood," jawab Jingga.

"Oke."

Setelah percakapan singkat itu, Jingga dan Arsen kembali diam. Keduanya sibuk dengan makanan masing-masing. Walau sesekali Jingga masih sempat mencuri pandang ke arah lelaki tampan itu.

Jingga sudah berusaha bersikap sewajar mungkin. Ia berusaha agar terbiasa dengan keberadaan Arsen di sekitarnya. Karena bagaimanapun juga sekarang lelaki itu adalah suaminya. Tetapi, ternyata rencananya tidak terwujud semudah itu. Hingga kini ia masih saja merasa canggung. Terkadang ia juga bingung bagaimana harus bersikap saat di depan Arsen.

"Kenapa lihatin saya?" Arsen tiba-tiba bertanya.

"Uhuuk!"

Gadis itu langsung tersedak karena kaget. Arsen yang cekatan pun langsung menyodorkan sebotol air mineral yang sudah dibuka tutupnya.

"Makasih," ucap Jingga kala selesai mengguyur tenggorokannya dengan air mineral.

"Hmm," gumam Arsen.

"Kalo lagi makan jangan mikir yang aneh-aneh," imbuh Arsen.

"Saya nggak mikir aneh-aneh!" bantah Jingga.

Wajah Jingga sudah semerah kepiting rebus. Dia benar-benar malu.

"Oh, ya?" Arsen bertanya tak yakin.

Sebelah alisnya terangkat dan demi Tuhan itu justru membuat Arsen terlihat semakin tampan sekaligus seksi.

"Saya juga nggak mikir jorok!" seru Jingga seolah ingin menepis pikirannya yang kembali berkelana seenak jidat. Memalukan sekali.

"Oke," jawab Arsen dengan nada datar. Namun, bibirnya menyeringai samar.

Entah hanya perasaannya saja atau memang sekarang Arsen jadi begitu menyebalkan. Padahal, tadi Jingga yakin kalau Arsen bersikap seperti laki-laki bijak dan penuh wibawa. Tapi, sejak beberapa saat yang lalu imej Arsen berubah drastis.

Lelaki itu seakan senang melihat Jingga kelimpungan berusaha menjelaskan kondisinya.

Tuk!

"Aww!" pekik Jingga kala merasakan sentilan di keningnya.

"Jangan ngelamun. Habiskan makananmu!" titah Arsen, pelaku yang menyentil kening Jingga.

Sembari mengerucutkan bibirnya, Jingga mulai kembali menyantap makan malamnya yang terasa hambar di lidah.

Nafsu makan Jingga benar-benar rusak. Bukan hanya karena melihat kondisi ayahnya, tapi juga karena mendapat ejekan tak langsung dari Arsen.

Iya. Tahu. Harusnya Jingga tidak menyalahkan Arsen karena lelaki itu memang tidak salah.
Arsen hanya berusaha mengingatkan Jingga dan otaknya yang kadang tidak bisa diajak kompromi.

"Saya tahu disaat seperti ini kamu pasti nggak nafsu makan. Tapi, kamu tetap harus makan karena gimanapun juga kamu, saya ...."

Arsen sengaja menjeda kata-katanya dan sukses memancing perhatian Jingga.

After We Got MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang