26. Kebohongan?

9.2K 577 21
                                    


Sesuai permintaan Arsen, makan malam kali ini salah satu hidangan yang Jingga masak adalah ayam kecap. Begitu selesai menyicil tugas kuliahnya sore tadi Jingga langsung ke dapur dan berkutat dengan alat serta bumbu-bumbu dapur. Ia begitu antusias memasak menu makan malam nanti. Sebenarnya, memasak juga menjadi salah satu ajang healing untuk Jingga. Setelah dari pagi mengikuti perkuliahan hingga menjelang sore masih harus berkutat dengan tugas, akhirnya pikirannya bisa sedikit tertata dengan memasak. Apalagi saat ingat kalau kini masakan yang ia buat tak hanya dinikmati oleh dirinya sendiri, tapi juga oleh suaminya, Arsen.

"Suami?" gumam Jingga, lalu cekikikan sendiri.

Entah kenapa gadis bermata bulat itu merasa antusias sekaligus tersipu setiap kali ingat kalau sekarang dia sudah punya suami. Jingga semakin salah tingkah saat ingat bagaimana sikap Arsen padanya. Meskipun terkadang cuek, namun lelaki itu juga bisa bersikap begitu perhatian. Ada saat-saat di mana Arsen memberikan perhatian manisnya yang sukses membuat jantung Jingga jadi berdebar-debar kencang.

"Apa jangan-jangan gue udah jatuh cinta, ya, sama mas Arsen?" duga Jingga sembari mengaduk ayam kecap di atas kompor yang menyala dengan api sedang.

"Ah, masa secepat itu, sih?"

"Lagian emang iya? Kayaknya cuma kagum aja, deh. Kan, selama ini gue nggak pernah dapat perhatian sampai segitunya dari lawan jenis."

Jingga terus mengoceh dan mengutarakan dugaannya.
Ia memang masih ragu dan cenderung tidak mengerti dengan apa yang ia rasakan ketika bersama Arsen. Jatuh cinta? Sesungguhnya, Jingga tidak tahu perasaan itu seperti apa. Dulu saat dekat dengan Elkan pun Jingga hanya merasa sedikit nyaman. Dia pikir perasaan cinta akan datang lambat laun, namun ternyata sebelum rasa itu datang Elkan malah mengecewakan dirinya
.
"Ngapain juga jadi ingat dia?" gumam Jingga dengan nada ketus.
Agak kesal ketika ingat perbuatan Elkan di masa lalu.

Tak berselang lama, akhirnya seluruh hidangan termasuk ayam kecap buatan Jingga telah siap. Gadis itupun mulai menatanya di atas meja makan. Mengingat sebentar lagi jam makan malam akan tiba. Sepertinya Arsen juga akan pulang tak lama lagi.

"Oke. Perfect," gumam Jingga seraya tersenyum lebar.

Senang rasanya karena malam ini ia bisa memasakan sesuatu yang diinginkan oleh Arsen.

Jingga duduk di salah satu kursi, lalu meraih ponselnya untuk mengecek jam. Ternyata sudah hampir jam 7 malam. Ia juga sempat mengecek room chat-nya bersama Arsen. Namun, tak ada kabar apapun dari lelaki itu.

"Tunggu aja. Pasti bentar lagi pulang," ujar Jingga berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

Tetapi, tak berselang lama ponsel dalam genggamannya berdenting. Terdapat notifikasi pesan masuk di layarnya. Pesan itu datang dari sosok yang sejak tadi Jingga tunggu-tunggu.
Senyum gadis itupun merekah seiring jari-jarinya yang bergerak lincah guna membuka pesan tersebut.

Pak Arsen:
Mara, maaf.
Malam ini saya pulang telat. Masih ada meeting dengan kaprodi.
Kamu makan duluan aja. Jangan tunggu saya.

Sayang sekali, senyum yang sempat terlukis manis itu, kini harus sirna. Terhapus begitu saja oleh serangkaian tulisan yang baru saja ia baca.

Ternyata Arsen harus pulang terlambat. Dirinya harus makan malam sendirian. Perasaan senang dan antusiasnya pun terhempas begitu saja.

Menghela napas kasar, Jingga lantas kembali menatap ponselnya. Walau didera kecewa, namun ia tetap membalas pesan dari suaminya itu.

Jingga:
Iya, Mas.
Nggak apa-apa.

Hanya kata-kata itu yang kini bisa Jingga kirimkan sebagai balasan. Walau sejujurnya sekarang perasaannya jauh dari kata baik-baik saja. Namun, sebagai istri yang baik sudah seharusnya Jingga berusaha memahami kesibukan Arsen, kan? Sudah sewajarnya Arsen sibuk dan pulang telat karena lelaki itu memang punya segudang tanggung jawab sebagai seorang dosen.

After We Got MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang