Pintu rumah berbahan kayu jati itu ditutup dengan sekuat tenaga. Jadilah menimbulkan suara debuman yang cukup keras. Rion yang biasanya selalu stay cool pun nyaris terjengkang karena kaget.Semula lelaki itu hendak bersantai di ruang keluarga mengingat seluruh pekerjaannya telah selesai. Namun, suara debuman pintu yang ternyata ulah sang adik itu berhasil menggagalkan rencana Rion.
Rion berdiri dan menatap Cheryl yang berada 3 meter di depannya. Penampilan gadis itu terlihat cukup glamor dengan seluruh barang-barang branded yang melekat di tubuhnya serta rambut panjang berwarna blonde yang sudah jadi ciri khasnya sebagai selebgram sekaligus model kenamaan.
"Tumben jam segini udah pulang?" sindir Rion.
Sebab, biasanya Cheryl baru akan pulang ketika menjelang pagi. Apa yang Cheryl lakukan hingga pulang menjelang pagi? Apalagi kalau bukan dugem yang katanya untuk cari relasi. Padahal, memang dasar Cheryl sudah terlanjur betah saja berada di tempat itu setiap malam.
"Berisik! Aku mau ngomong sama Kakak," sentak Cheryl.
"Ngomong aja. Mau ngomong apa?" tanya Rion masih mencoba sabar meski perangai sang adik sudah sangat kasar.
"Kak Rion kenapa nggak bilang sama aku?" Cheryl bertanya dengan nada penuh kekesalan.
"Bilang apa?" bingung Rion.
"Soal kak Arsen. Kenapa Kak Rion nggak bilang sama aku soal pernikahan kak Arsen? Kalo aja aku tau, pasti sekarang aku yang menempati posisi itu bukan malah cewek kampungan itu!" seru Cheryl penuh kekesalan.
"Kamu bicara apa, sih, Ryl? Nggak masuk akal tau, nggak?" balas Rion dengan nada agak tinggi.
Gadis itu menyugar rambut panjangnya. Bermaksud melampiaskan rasa kesal yang menumpuk sejak kemarin. Tepatnya sejak saat ia tahu kalau ternyata Arsen sudah menikah dan istri dari laki-laki itu tak lain adalah Jingga. Sosok yang selama ini amat Cheryl benci.
"Kakak jelas-jelas tau kalo aku suka sama kak Arsen. Tapi, Kakak malah biarin cewek lain rebut kak Arsen dari aku," tandas Cheryl.
Cheryl masih keras kepala menyalahkan Rion.
"Arsen bukan barang. Jadi, nggak ada yang merebut Arsen dari siapapun. Lagi pula harusnya kamu sadar, Ryl. Arsen sayang sama kamu sebagai adik. Nggak lebih. Harusnya kamu hargai perhatian dan rasa sayang dari dia. Bukannya malah kek gini," papar Rion.
Tak menggubris nasihat dari sang Kakak, kini Cheryl justru melenggang pergi menuju kamarnya. Dia bahkan mengabaikan panggilan dari Rion. Tak peduli meski lelaki itu berteriak-teriak layaknya sedang di hutan belantara. Beruntungnya orang tua mereka sedang dalam perjalanan bisnis. Jadi, baik Rion maupun Cheryl tidak perlu khawatir akan dilempar sandal oleh papa mereka karena terlalu berisik.
Cheryl masuk kamar dan kembali membanting pintu. Dilemparnya tas hitam bermerek Louis Vuitton itu ke atas kasur. Lalu, dia duduk di depan cermin rias.
Pandangan gadis itu jatuh pada sebuah pigura foto ukuran 4R. Pigura yang memuat fotonya bersama Arsen beberapa tahun lalu. Mungkin, saat dirinya masih SMA.
Cheryl meraih foto itu. Netranya memandang sendu potret dirinya dan Arsen yang tengah tersenyum lebar sambil menatap kamera. Tak terasa bulir-bulir air mata membasuh pipinya yang masih dilapisi make up cukup tebal.
"Kenapa, sih, kak? Kenapa bukan aku orangnya?" lirih Cheryl.
"Kenapa harus cewek kampungan itu? Kenapa?" protesnya.
Sebenarnya, sampai detik ini Cheryl masih tak percaya. Dia masih tidak menyangka kalau ternyata Arsen dan Jingga sudah menikah. Padahal, selama ini mereka kelihatan biasa saja ketika di kampus. Cheryl juga tidak melihat gelagat aneh dari keduanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/330714760-288-k773608.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
After We Got Married
Romance"Menikahlah dengan saya, Jingga." Itu adalah kalimat paling tidak masuk akal yang pernah Jingga dengar dari orang yang juga tak pernah Jingga sangka. Tetapi, Jingga tidak bisa menolak dan tidak akan menolak karena yang sedang dia butuhkan memang seo...