45. Nagita

7.1K 438 28
                                    


"Lana, kamu bercanda? Kita nggak ada hubungan apa-apa."

"Kita emang nggak ada hubungan apa-apa, Sen. Tapi, lihat apa yang aku dapat?!"

Ketegangan menguar begitu kuat, mengungkung dua bersahabat itu.

Pandangan Arsen terpatri pada puluhan surat yang isinya kebanyakan hampir sama, ancaman. Ancaman agar Alana menjauh darinya.

Alana terduduk di sofa apartemennya. Tergambar jelas raut wajah cemas dan frustrasi. Tentu saja karena teror yang ia terima sejak 1 bulan yang lalu.

"Mas Hanan udah cari tahu pelakunya," kata Alana memecah keheningan yang sempat mencekik.

"Siapa pelakunya?" tanya Arsen.

Tidak segera menjawab, Alana justru mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya.

"Nagita," ucap Alana.

"Jangan sembarangan bicara, Lana!" seru Arsen tak terima.

Lagipula adik mana yang akan diam saja dan menerima kakaknya dituduh sebagai peneror sahabatnya sendiri? Sudah pasti tak ada. Apa lagi Arsen sangat menyayangi Nagita terlepas dari status mereka yang hanya saudara angkat.

"Aku nggak sembarangan, Arsen!" bentak Alana. Terlihat urat-urat di sekitar leher perempuan itu.

Tanpa ragu Alana memutar rekaman percakapannya dengan Nagita. Sudah tentu untuk membuktikan pada Arsen bahwa ia tidak berbohong atau mengada-ada.

"Tinggalkan Arsen kalo kamu memang masih ingin hidup."

"Mbak, saya nggak ada hubungan apa-papa dengan Arsen."

"Kamu pikir saya bodoh? Kamu mau menipu saya? Nggak akan bisa, Alana!"

"Mbak saya--"

"Tinggalkan Arsen ... atau saya akan benar-benar mewujudkan isi dari surat-surat itu, Alana."

"Boleh saya tau kenapa Mbak Nagita melakukan semua ini?"

"Karena Arsen cuma milik saya. Suatu saat dia akan menikah dengan saya. Jadi, sebelum pernikahan itu terjadi ... saya nggak akan membiarkan siapapun merebut Arsen dari saya."

Bunyi decitan rem menjadi penanda Arsen telah tiba di tempat tujuannya. Buyar pula seluruh kilas masa lalu yang baru diingatnya. Masa lalu yang menjelaskan tentang seberapa mengerikan sosok Nagita selama ini. Kakak yang selalu ia sayangi dengan tulus ternyata menyimpan obsesi tak masuk akal padanya. Perempuan itu terobsesi pada dirinya dan sanggup melakukan hal-hal gila demi mewujudkannya.

"Dia masih nggak berubah," geram Arsen ketika ingat pernah mengirim Nagita ke luar negeri untuk menjalani rehabilitasi.

Sayang sekali, usaha Arsen tidak membuahkan hasil. Sekarang kakak angkatnya itu bahkan telah meneror Jingga. Arsen juga yakin alasan Jingga menggugat cerai dirinya juga tak lepas dari campur tangan Nagita.

Lelaki itu turun dari Pajero putihnya. Kedua kakinya mengayun cepat menuju kediaman orang tuanya. Ditiliknya arloji yang ternyata sudah menunjuk pukul 11 malam. Namun, Arsen tidak peduli. Ia tetap memasuki rumah dan menemukan kedua orang tuanya ternyata masih menonton acara televisi.

"Arsen?" panggil Maya disertai raut wajah terkejut.

"Ke sini sama Jingga? Mana dia?" tanya Maya antusias.

"Iya. Mana anak perempuan Papa?" Sandi ikut bertanya tak kalah antusias.

Alih-alih menjawab pertanyaan Maya dan Sandi, Arsen justru bertanya, "Mana Nagita?"

After We Got MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang