53. Bukan Akhir Cerita (END)

19.9K 425 9
                                    

1 tahun kemudian ...

Dalam gemerlap cahaya lampu kristal, ballroom hotel yang luas itu telah bertransformasi menjadi panggung kebahagiaan di mana Jingga dan Arsen merayakan momen sakral dalam hidup mereka. Hari ini secara resmi semua orang akhirnya tahu ikatan suci yang telah menyatukan mereka.

Suasana penuh elegansi terpancar dari hiasan bunga yang menghuni setiap sudut ruangan, menyatu dengan perpaduan warna klasik dan sentuhan modern yang mengundang decak kagum. Para tamu mengenakan pakaian terbaik, tersenyum lebar dan silih berganti mengucapkan selamat pada pasangan pengantin yang telah satu tahun mengarungi hari-hari penuh liku itu. Beberapa dari mereka juga tampak berbincang hangat.

Lagu-lagu romantis mengalun lembut, menyempurnakan suasana sukacita. Terdengar tawa riang dan kamera yang berkeliling untuk menangkap momen-momen istimewa. Di sudut meja penerimaan, hidangan lezat menggugah selera disajikan dengan tata artistik yang tak tertandingi.

"Arsen, selamat, ya!" Kalu mendatangi panggung pelaminan dan memeluk sang sahabat dengan erat.

"Thank you," ucap Arsen usai pelukan mereka terlepas.

Kalu beralih pada sang pengantin wanita yang mengenakan wedding dress desain gown warna putih bersih dengan aksen butir-butir berlian di bagian dada hingga perut. Wajah yang biasanya tampak polos itu pun telah dipoles make up yang membuatnya semakin cantik dan elegan.

"Selamat, ya, Jingga," ungkap Kalu.

Gadis itu tersenyum lembut. "Terima kasih, Mas Kalu."

"Ck! Biasa aja lihatnya. Istri gue ini," gerutu Arsen tatkala sadar Kalu masih betah menatap Jingga.

Rupanya sifat posesif Arsen langsung muncul ke permukaan cuma karena kekaguman Kalu pada penampilan Jingga.

"Lo curigaan banget, sih. Gue cuma kagum aja sama Jingga. Penampilannya bikin pangling," papar Kalu membela diri.

"Istri gue udah cantik dari lahir. Nggak usah modus lo. Sana pergi," usir Arsen, lalu mendorong bahu Kalu agar lekas turun dari panggung pelaminan.

Setelah berhasil mengusir Kalu, kini mata Arsen beralih menatap Jingga.

"Mas, jangan gitu," tegur Jingga.

Lelaki bertuksedo hitam itu menatapnya terlampau dalam dan intens. Bola matanya yang sewarna langit malam bahkan terasa sanggup menarik Jingga memasuki dunianya, meninggalkan keramaian yang kini mengelilingi mereka.

Arsen membelai pipi Jingga dengan lembut. "Kamu cantik. Sangat cantik, sayang," puji Arsen.

Debaran jantung Jingga semakin tak terkendali. Suaminya itu benar-benar tahu cara mengobrak-abrik kewarasannya.

Melengos ke arah lain, lalu Jingga berkata,"Lihat depan, Mas. Masih ada banyak tamu."

Sembari menuruti perkataan Jingga, Arsen tampak mengulum senyum. Berusaha menahan gemas kala menyadari istrinya sedang tersipu. Pipinya yang diposel blush on bahkan tampak lebih merah daripada sebelumnya.

Hanya dalam hitungan detik senyuman Arsen sirna mendadak tergantikan oleh ekspresi datar tatkala netranya mendapati sosok berkemeja biru laut dengan celana bahan hitam yang membungkus kaki panjangnya. Sosok itu tersenyum sopan ketika tiba di depan Arsen.

"Pak Arsen, selamat atas pernikahannya."

Arsen menyambut uluran tangan dari mantan mahasiswanya, Elkan.

"Terima kasih," balas Arsen.

Kemudian lelaki beralis tebal itu berpindah ke depan Jingga. Senyum teduhnya terukir dengan begitu jelas. Keduanya lantas berpelukan singkat dan sukses memicu pelototan mata Arsen.

After We Got MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang