52. Pelengkap Hidup Arsen

11.9K 446 7
                                    


Empat hari berlalu dengan waktu yang Jingga habiskan di rumah sakit. Jika boleh jujur sebenarnya Jingga sangat bosan berada di rumah sakit dalam kurun waktu selama itu. Beberapa kali dia juga mencoba membujuk Arsen agar mau membawanya pulang. Namun, alih-alih setuju justru lelaki itu menentang keras. Mereka bahkan sempat berdebat cuma karena masalah itu. Walaupun akhirnya Jingga yang mengalah karena terlanjur takut dengan aura suaminya yang menyeramkan ketika marah.

Sekarang di sinilah Jingga berada. Di apartemen yang sudah cukup lama tak ia tinggali.

Jingga duduk di ruang tamu. Netranya berotasi meneliti kondisi ruang tamu yang sedikit berbeda. Awalnya Jingga tak tahu di mana letak perbedaan itu. Namun, selang beberapa detik kemudian ia pun tahu kalau ternyata memang terjadi perubahan dalam ruangan itu walau hanya sedikit.

Lukisan abstrak yang dulu menggantung indah di dinding, kini lenyap entah ke mana. Dinding itu pun sekarang dibiarkan kosong. Karpet bulu yang biasanya berwarna abu-abu sekarang juga diganti jadi warna cream. Warna yang menularkan kesan lebih lembut.

Puas menyidak ruang tamu sekarang Jingga memutuskan untuk pindah ke balkon. Kebetulan pintu balkon di ruang tamu masih tertutup rapat. Gorden tipisnya juga belum dibuka. Maklum saja karena selama ini Arsen sibuk menjaga dan mengurusnya di rumah sakit. Pagi tadi Arsen juga sibuk mengurus kepulangannya. Jadi, sangat wajar jika sekarang apartemen minimalis itu sedikit terbengkalai.

Jingga mendorong pintu balkon tanpa membuka gordennya. Ia lantas menjejakkan kaki di area balkon yang tidak terlalu luas.

Sejenak, gadis bersurai hitam sedikit di bawah bahu terperangah. Ia bahkan menutup mulutnya saking tak menyangka dengan apa yang dilihatnya.

"Mas!"

"Mas Arsen!"

Suara Jingga terdengar cukup nyaring walau agak bergetar.

"Kenapa, sayang?" Arsen menyahut dari arah dapur.

Lelaki itu memang sedang sibuk memasak makan malam untuk mereka berdua. Awalnya Jingga yang ingin melakukannya, tapi suami protektifnya melarang keras dengan alasan dia masih harus istirahat.

"Mas Arsen, sini!" panggil Jingga tak sabaran.

Derap langkah Arsen pun terdengar cepat dan terburu-buru. Lalu, tak lama lelaki itu tiba di balkon. Ia berdiri tepat di samping sang istri dengan penampilan yang lumayan spektakuler dengan celemek warna pink bergambar Hello Kitty.

"Kenapa? Ada apa? Kamu sakit? Mana yang sakit? Kita ke dokter, ya?" cerca Arsen panik.

Tangan besarnya telah menangkup wajah mungil Jingga. Matanya yang berair dan sedikit memerah pun sedang meneliti kondisi gadis pujaannya itu.

"Enggak. Aku nggak apa-apa, Mas," ungkap Jingga.

"Jangan bohong. Apanya yang sakit? Bilang aja sama Mas," tuntut Arsen masih belum percaya.

Jingga menggelengkan wajahnya, lalu balas menangkup wajah Arsen. Ia mengarahkan wajah lelaki itu agar menghadap ke area pagar balkon.

Ternyata di area itu sudah disulap menjadi taman versi mini. Pot-pot berisi tanaman hias disusun dengan rapi. Penampakan balkon yang biasanya hanya dihuni meja kursi sekarang berubah drastis.

"Mas yang bikin ini?" tanya Jingga seraya menatap Arsen.

"Iya. Gimana? Kamu suka, nggak?" Arsen balas bertanya. Netranya menatap Jingga penuh harap.

"Suka! Suka banget!" seru Jingga, lalu memeluk Arsen yang masih memakai celemek bergambar Hello Kitty.

"Syukurlah kalo kamu suka. Cuma ini hal yang bisa Mas lakuin supaya kamu betah di sini," ungkap Arsen seraya membalas pelukan Jingga tak kalah erat.

After We Got MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang