21. Mas Arsen?

8.6K 619 24
                                    


"Bagus nggak, sih? Cocok nggak, ya?"

Sudah hampir 5 menit Jingga berdiri di depan cermin. Sesekali ia memutar tubuhnya guna meneliti penampilannya.

Hari ini gadis itu memakai tank top warna hitam dibalut outer berwarna putih serta rok sepan berwarna cokelat yang panjangnya sedikit di atas lutut. Sementara sneakers warna putih sudah melekat di kedua kakinya. Wajah mungilnya pun sudah dipoles make up tipis dengan warna bibir pink cerah yang semakin menambah kesan segar dan sedap dipandang.

"Nggak bikin malu, kan?" tanya Jingga pada dirinya sendiri.

Untuk kesekian kalinya Jingga mematut atensi pada cermin rias. Berusaha menilai penampilannya sendiri.

Bukan tanpa alasan Jingga bersikap berlebihan seperti ini. Biasanya Jingga selalu memakai celana. Tapi, hari ini entah kenapa akhirnya ia punya keinginan untuk memakai satu-satunya koleksi rok yang dia punya. Bahkan, sekarang Jingga juga punya niat untuk membeli beberapa helai gaun.

"Saya benar-benar ingin serius dengan pernikahan kita, Mara."

"Aduh! Keinget lagi," keluh Jingga.
Seolah sedang menderita. Padahal, kenyataannya kini bibirnya sudah tersenyum amat lebar. Binar matanya pun begitu ceria.

"Cukup, Jingga!" seru Jingga.

Ia benar-benar harus menghentikan aksi konyolnya ini jika tak mau membuat Arsen menunggunya terlalu lama.

Menghembuskan napas beberapa kali, Jingga lalu menganggukkan kepala. Berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa penampilannya hari ini sudah sangat pas.

"Setengah 9," gumam Jingga ketika melihat jam di dinding kamar.

Segera gadis itu meraih totebag dan ponselnya. Kemudian ia bergegas keluar apartemen.

Beruntungnya pada jam-jam seperti ini kondisi apartemen tidaklah ramai sehingga ia tak perlu mengantri atau desak-desakan di dalam lift.

Tak berselang lama, akhirnya Jingga tiba di depan apartemen. Mata bulatnya langsung berbinar ketika melihat mobil Arsen sudah terparkir di depan apartemen.

"Pak Arsen!" seru Jingga, menyapa Arsen yang tengah bersandar di badan mobil sembari berfokus pada ponselnya.

Arsen tentu langsung mengangkat wajah. Mata lelaki itu bergerak seakan menyensor penampilan Jingga dari ujung kepala hingga ke ujung kaki.

Shit! Cantik banget istri gue! Arsen mengumpat dalam hati.
Ia benar-benar terpana pada kecantikan Jingga.

"Ekhm!" Arsen berdehem guna mengusir grogi yang tiba-tiba menyerangnya.

"Pak Arsen udah nunggu lama, ya?" tanya Jingga disertai raut wajah penuh rasa bersalah.

"Nggak juga," jawab Arsen.

Lelaki berkemeja navy itu lekas memasukkan ponselnya ke saku celana.

"Masuk!" titah Arsen.

Rekahan di bibir Jingga kian lebar tatkala Arsen membukakan pintu mobil untuknya.

"Makasih, Pak Arsen," ujar Jingga, lalu memasuki mobil mewah milik suaminya itu.

Setelah Jingga masuk, Arsen pun melakukan hal yang sama.
Ia duduk di kursi kemudi dan menyalakan mesin mobilnya.

"Nggak ada yang ketinggalan?" tanya Arsen sebelum melajukan mobilnya.

Sontak saja Jingga memeriksa totebag. Bermaksud memastikan bahwa tak ada barangnya yang ketinggalan.
Usai melakukan hal itu, wajah cantik Jingga pun menoleh ke arah Arsen. Ia tersenyum manis.

After We Got MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang