Masih ingat tentang syarat yang ingin Arsen berikan pada Jingga jika ingin dimaafkan karena insiden salah panggil lewat pesan singkat siang tadi? Benar. Beberapa saat yang lalu Arsen baru saja memberikan syaratnya. Syarat yang sangat tidak pernah Jingga duga sekaligus sulit untuk Jingga tolak.
"Kamu. Saya butuh kamu, Mara."
"Ma-maksudnya gimana, Mas?"
"Kamu mau dimaafin, kan? Kalo gitu mulai malam ini kamu tidur di sini, sama saya. Mulai malam ini dan seterusnya saya butuh kamu untuk tidur di sini."
Jingga sempat ingin menolak dan mencari berbagai alasan. Tapi, Arsen yang cerdas langsung mengetahui niat hati Jingga. Jurus andalan lain pun dikeluarkan oleh Arsen guna membuat gadis itu tak lagi berani untuk mengelak.
"Saya ingin serius dengan pernikahan kita. Kamu juga setuju, kan? Jadi, saya tegaskan kalo keseriusan itu nggak cuma sekedar kata-kata. Saya ingin membuktikannya dalam tindakan."
Lantas di sinilah Jingga berakhir. Berbaring di atas ranjang yang biasanya hanya ditempati oleh Arsen seorang. Sementara Arsen masih berkutat dengan laptopnya. Entah mengerjakan apa.
"Tidur, Mara," tegur Arsen.
Mata Jingga melotot nyaris keluar dari tempatnya. Ia kaget karena Arsen mengetahui dirinya belum tidur. Padahal, Jingga berbaring dengan posisi membelakangi Arsen. Arsen juga sibuk menatap layar laptopnya. Jadi, bagaimana Arsen bisa tahu kalau Jingga belum tidur?
Akhirnya, Jingga merubah posisi berbaringnya jadi menghadap Arsen.
"Mas Arsen belum ngantuk?" tanya Jingga dengan nada pelan.
Wajah Arsen terangkat, lalu menatap Jingga. "Masih ada sedikit kerjaan. Kamu tidur dulu aja," jawab Arsen, lalu kembali fokus pada pekerjaannya.
Bibir Jingga mengerucut lucu. Entah kenapa ia jadi kesal setelah mendengar jawaban Arsen.
Tadi nyuruh gue tidur di sini. Giliran udah di sini malah disuruh tidur duluan. Gimana, sih? Gerutu Jingga dalam hati."Tidur, Mara. Besok ada kelas pagi," tegur Arsen untuk kesekian kalinya.
"Kok, tau?" tanya Jingga. Takjub karena Arsen tahu jadwal kuliahnya.
Kembali Arsen menatap Jingga.Sambil membetulkan kacamatanya yang sedikit melorot, Arsen berkata, "Saya suami kamu. Wajar kalo saya tau."
"Itu juga berarti saya suami yang baik. Iya, kan?" Arsen melanjutkan kalimatnya yang berupa pujian untuk diri sendiri.
"Narsis," gumam Jingga.
"Saya dengar, Mara," kata Arsen setengah menggeram.
Tidak lagi menjawab, Jingga memilih memejamkan matanya. Walau ia tahu kemungkinan besar sulit untuk bisa tidur. Kenyataan bahwa kini i hanya berdua dengan Arsen menjadi pemicu utama rasa kantuk Jingga hilang entah ke mana.
Tidur, Jingga! Jangan mikir yang iya, iya. Batin Jingga terus memerintah agar dirinya tidur. Tapi, tetap saja rasanya sulit. Karena mata Jingga benar-benar terasa segar.
Tubuh mungil gadis itu terus menerus bergerak gelisah. Kini ia bahkan sudah mengubah posisi tidurnya dari yang semula miring menghadap Arsen menjadi telentang.
Di tempatnya, Arsen bisa melihat dengan jelas segala gerak-gerik istrinya itu.Duh! Susah banget, sih? Tinggal merem aja. Batin Jingga terus menggerutu kesal. Keningnya bahkan sudah mengernyit. Melukiskan betapa kesal dirinya saat ini.
Namun, tiba-tiba matanya terbuka lebar saat merasakan pergerakan di sampingnya. Ia lantas menoleh dan mendapati Arsen yang sudah berbaring menghadap dirinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/330714760-288-k773608.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
After We Got Married
Romance"Menikahlah dengan saya, Jingga." Itu adalah kalimat paling tidak masuk akal yang pernah Jingga dengar dari orang yang juga tak pernah Jingga sangka. Tetapi, Jingga tidak bisa menolak dan tidak akan menolak karena yang sedang dia butuhkan memang seo...