part 6

1.8K 157 0
                                    

 

Jani POV

Aku di dandani dengan sangat baik malam ini ala-ala putri raja zaman dahulu, dengan pewarna bibir berasal dari bunga mawar, rambutku diasapi dengan wewangin, kulitku dipijat dengan lembut dengan minyak zaitun yang berasal dari negeri Arab, oh begini rasanya jadi tuan putri toh. Hahaha sangat nyaman pantas saja Rinjani rela melakukan apapun untuk terus mendapatkan hal seperti ini, tanpa sengaja aku membatin julid terhadap Rinjani.

Aku memejamkan mata ketika dirias dengan tubuh yang sedikit dibaringkan, cara yang agak
aneh memangnya, tapi yasudahlah, rasanya jika terlalu banyak protes mereka akan curiga.

Mereka mengatur rambutku dengan lembut, memasangkan kebaya biru berpayet yang sangat cantik, setelah itu mereka memasangkan berbagai macam aksesoris yang sangat banyak dan besar-besar, lama kelamaan aku menjadi sangat kesal begitu mereka memasangkan aksesoris yang sangat banyak karena aku merasa menjadi toko emas yang berjalan.

"Aku ingin mengatur penampilanku sendiri, kalian mendandaniku seperti toko emas berjalan!" kataku sambil melepaskan hiasan-hiasan berlebihan ini, aku rasa tuan putri sungguhan dizaman ini tidak akan memakai hal norak seperti ini.

"Bukankah itu kesukaan nyai? Nyai biasanya juga tampil lebih dari ini. " perketaan bibi laksmi membuatku bergidik ngeri membayangkan bagaimana tampilan Rinjani dahulu.

Aku menghapus make up yang menurutku terlalu tebal ini, melepaskan perhiasan-perhiasan yang terlihat sangat mencolok. Menggantinya dengan perhiasan sederhana yang cantik juga mengganti gaya make up yang biasanya kugunakan jika menghadiri acara penting, juga menyanggul rambutku lebih sederhana.

Eksprei mereka membuatku ingin tertawa setelah berhari-hari aku ingin membantai seisi kediaman, mungkin mereka sangat kesal dengan kelakuanku yang mengubah seluruh dandanan yang mereka buat dan menggantinya dengan ala-ala Jani eoni, hahaha.

Seorang dayang senior menatapku tajam, bersuara rendah mencoba menahan marah "apa yang engkau lakukan nyai? Bukankah menurutmu ini terlalu sederhana?" Terselip nada ketidaksukaan didalam suara dayang tua itu.

"Ya ini memang sederhana namun terlihat elegan,manis, dan yang pasti membuatku terkihat mahal bukan? jangan berani-beraninya kau memprotesku!" itu adalah penegasan yang kulakukan agar dayang itu lebih sopan dan segera bangkit untuk bergabung bersama si Raka.

Di camp pasukan Rajawali

"Apakah kau yakin akan menikahi adik Raden Raka setelah kau tahu semua faktanya Byakta? Bukankah gadis itu benar-benar tidak pantas? Bahkan dia sudah bukan gadis lagi Byakta!" asisten kemiliteran Byakta yang sedang membantu tuan sekaligus sahabatnya itu merapikan diri terus berbicara tanpa henti mengungkapkan kekhawatiran nya terhadap pilihan sang Junjungan.

''Adiknya Raden Raka hanya akan menjadi alat Arangga, kau tidak usah terlalu cemas seperti itu. Aku akan mengakhirinya bersama Raka kelak." Byakta berucap santai sembari merapikan pakaiannya yang mengekspos tubuh atletis pria itu.

Arangga bertambah meledak mendengarnya "Itu artinya kelak yang akan kau habisi adalah Istrimu Byakta!" Arangga sudah sangat pusing dengan jalan fikiran sahabat sekaligus atasannya itu.

"Arangga! Kuperingaktkan berhenti memanggilku Senopati!" Arangga langsung bungkam dan melangkah mundur.

Dengan posisi yang agak menjauh Arangga mengingatkan Byakta. "sudah ku bereskan barang bawaan, kita akan berangkat. " Arangga hanya menghela nafas dan segera pamit undur diri menyiapkan pasukan.

*****

pasukan Byakta tampil di dibalut dengan pakaian resmi, tidak seperti hari biasanya yang memakai seragam militer mereka. kini mereka terlihat lebih berwibawa dari pada seram, sepanjang perjalanan para gadis menjerit kegirangan melihat pasukan berkuda dengan membawa hantaran yang terlihat mahal,  bahkan ada beberapa gadis yang mencoba menarik perhatian para prajurit dengan gerlingan mata genit.

Cinta Sang Senopati  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang