Part 30

1.5K 138 1
                                    



Sejak hari pertikaian antara Permasuri Harkapura dan Raden Ayu Anjani terjadi, esok harinya Permasuri segera memutuskan untuk keluar dari kediaman Rajawali, memilih untuk tinggal beberapa saat di kediaman pribadi miliknya sendiri. Sejak hari itu pula hari-hari Jani menjadi setenang sedia kala.

Bahkan bisa dikatakan terlalu tenang dan senyap beberapa hari terakhir. Senopati Byakta sedang sangat sibuk menyiapkan inspeksi wilayah yang kurang dari seminggu lagi, lebih sibuk di camp pelatihan atau rapat ke istana hingga larut malam.

Hari ini untuk mengusir rasa bosan-nya, Jani memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar kediaman Rajawali dengan menggunakan pakaian yang sederhana, enggan untuk diberikan sambutan berlebih. "Matahari bersinar terlalu terik hari ini Raden Ayu kulit anda bisa terbakar, sebaiknya kita kembali ke kediaman." Bujuk Mayang yang sangat membenci hawa panas.

Jani menggelengkan kepalanya menolak usulan itu. "Mataharinya hanya terasa hangat Mayang, tidak panas." Tanpa mempedulikan mayang, Jani terus melangkah menyusuri jalan setapak yang entah mengarah kemana.

Dari jarak cukup jauh Jani melihat beberapa prajurit Rajawali dengan beberapa kotak besar yang di bawa menggunakan gerobak. Arangga menjadi pemimpin barisan dari kelompok, duduk di atas kudanya dengan gagah tapi suaminya tidak ada yang bisa mengalahkan sejauh ini.

Arangga langsung turun dari kudanya begitu jarak tidak jauh lagi dari Jani, menyapa dengan menundukkan kepalanya di ikuti prajurit yang lain. "Salam Raden Ayu, apakah anda sedang berjalan-jalan?"

"Ya Arangga." Jani mencuri pandangan ke arah barang-barang yang di bawa. "Kenapa banyak barang yang di bawa ke kediaman Arangga? bukankan keberangkatan akan di lakukan di istana?"

Arangga menganggukan kepalanya dengan kepala yang masih tertunduk. "Ini bukan untuk ekspedisi Raden Ayu, ini adalah upeti dari beberapa wilayah yang di berikan Maharaja sebagai hadiah. Senopati juga memilih beberapa untuk anda Raden Ayu, sebaiknya anda kembali ke kediaman bersama kami untuk menerima milik anda." Di belakang Arangga, senyum mayang mengembang.

Jani menganggukan kepalanya semangat. "Ya sebaiknya begitu Arangga." Arangga pun memerintahkan satu prajurit untuk memberikan kudanya kepada Jani, namun seakan teringat sesuatu Arangga malah memerintahkan seluruh Prajurit untuk berjalan.

"Ah saya rasa seluruh kaki kuda terlihat agak bengkak karena persipan inspeksi wilayah, baiknya kita semua turun dari kuda." Purus Arangga yang langsung membuat beberapa prajurit yang membawa kuda segera turun dan berjalan kaki sambil menuntun kudanya.

Jani menyerinyit kan keningnya bingung. "Ku rasa kudanya baik-baik saja Arangga."

Arangga langsung menggelengkan kepalanya. "Memang terlihat seperti itu Raden Ayu, namun saya tahu kudanya lelah." Sementara para Prajurit yang berada di belakang Arangga dan Jani melirikan mata mereka satu sama lain, karena kuda ini baru saja beristirahat di istana sambil menikmati rumput embun yang menyegarkan.

Jani menyipitkan matanya curiga. "Kau tidak mengizinkan ku naik kuda ya? Kulihat kudanya baik-baik saja, berjalan dari istana kemari tidak seperti melintasi kerajaan sebrang." Arangga terdiam sesaat, sementara mata Jani semakin menajam mengamati ekspresi Arangga yang terlihat menyembunyikan sesuatu.

Arangga sedikit mendekat ke arah Jani dan berbisik pelan. "Semua prajurit yang di bawa saya laki-laki Raden Ayu, anda menggunakan Jarik." Jani memilih diam menerima alasan Arangga dan melanjutkan langkahnya yang tertunda, sementara Arangga menghembuskan nafasnya lega, berhasil mencari alasan yang bagus.

"Sudah 3 hari aku tidak melihat Senop[ati Arangga, apa dia sehat?" Rasanya Arangga ingin tertawa karena ada seseorang yang mempertanyakan kondisi fisik Byakta yang seperti bukan manusia itu, namun Arangga memilih menjawabnya dengan serius.

Cinta Sang Senopati  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang