Jani POVKami tiba di sebuah tepi tebing yang menyajikan pemandangan yang sangat indah, Candi tempat dilakukannya upacara pernikahan kami yang terlihat mungil. Senopati Byakta tanpa diduga mengangkat pinggangku untuk turun dari kudanya.
Melihat ekspresi kaget yang ku keluarkan ia hanya menyunggingkan senyum kecilnya yang dengan seketika membuatku lupa dengan rasa kesal yang kurasakan, Huh benar-benar ajaib sekali. Ia menari ku untuk lebih dekat ke tebing, hatiku mulai merasa was-was Senopati akan melemparkanku ke bawah tebing yang sangat curam.
Namun kalimat selanjutnya, mampu membuatku menarik nafas lega. "Jangan lepaskan genggaman tanganmu, berbahaya." Senopati Byakta kemudian mulai menggenggam tanganku dengan lebih erat.
Keheningan berlangsung cukup lama diantara kami, rasanya sangat bingung untuk memulai percakapan terlebih dahulu, apalagi aku bukan tipe orang yang banyak bicara dan Senopati Byakta pun terlihat bukan orang yang suka bicara panjang lebar.
Namun angin lembut yang menerpa wajah kami, sinar mentri yang hangat hari ini, juga pemandangan yang indah, dapat menyembunyikan bagaimana kakunya kami dengan suasana romantis yang tercipta tanpa disengaja.
"Apakah kau merasa keberatan dengan pernikahan kita Anjaniku?"
"Jika aku merasa keberatan, aku sudah menolaknya Senopati, jika kau memaksa aku bisa saja kabur."
Byakta memegang pipiku, tangan besar dan sedikit terasa kasarnya mengelusnya dengan perahan dan lembut. Namun tanpa ku duga ia malah menempelkan bibirnya ke bibirku dan melumat nya pelan. Huh kapan lagi bisa dicium oleh pria setampan dan semenawan Senopati Byakta, tentu saja tanpa menyia-nyiakannya aku membalas lumatan bibir pria ini, terasa sangat hangat dan sangat dekat seolah-olah aku memang akan semalamnya bersama Senopat Byakta.
Ketika kecupan lembut namun panjang itu berakhir, wajahnya sangat dekat denganku. Mata yang menatapku sangat tajam namun berisi dambaan yang tidak bisa disembunyikan-nya, tangannya yang mengelus bahuku pelan, lalu mengelus punggungku dengan gerakan sensual, astaga aku merasa terbakar ditengah-tengah angin yang mulai cukup kuat berhembus.
"Anginnya sudah mulai dingin, sebaiknya kita segera pulang. Esok pesta pernikahan akan menguras tenagamu." Aku hanya mampu menggukan kepala ketika Senopati mulai menuntunku kearah kudanya dan mengangkat pingganku secara lembut keatas kuda.
Namun bukannya ikut naik keatas kudanya, Senopati Byakta malah menuntun kuda yang sudah ku naiki. "Senopati? Eum kenapa anda tidak akan ikut naik ke atas kuda?" Dia malah terkekeh pelan dengan pertanyaanku. "Kau pikir aku akan sanggup berada dekat denganmu tanpa terjadi sesuatu pada tubuhku Anjaniku?" Astaga aku tidak pernah berpikir aku akan menjadi semenarik itu dimata seorang lelaki apalagi lelaki rupawan ini. Seakan-akan ia memujkaku hingga ketulang-tulang terdalam disetiap tubuh ini.
*****
Kami kembali ke kediaman Rajawali ketika matahari sudah hampir tidak terlihat lagi, Seorang Dayang tua yang melayaniku selama ini, menghampiri kami. Tidak ada guratan wajah yang tampak di wajahnya, benar-benar orang yang pandai menjaga dan mengendalikan ekspedisi wajahnya.
Ia memberikan salam kepada kami, kepala dayang tua itu sedikit menunduk karena tradisi kesopanan untuk majikan lawan jenis mereka. "Kami sudah selesai menyiapkan kediaman Senopati dan Raden Ayu, silahkan ikut saya menuju ke pemandian terlebih dahulu." Kulihat Byakta yang mengangggukan singkat kepalanya, ia dengan lembut menggenggam tanganku untuk menuju ke pemandian yang sudah disebutkan dayang tua.
Aku kira yang dimaksud pemandian adalah bak mandi yang berisi air hangat seperti kamar mandiku biasanya, namun yang ini yah cukup berbeda. Ini terlihat seperti danau buatan di dalam kediaman Rajawali, Danau buatan yang sedalam 1.5 meter, yang terdapat air terjun berkelok dengan mengeluarkan suara riak air yang merdu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Senopati (END)
Historische fictieKecerobohan yang Jani lakukan berhasil mengantarnya kepada Perpindahan ruang dan waktu membuat Jani terjebak di kerajaan dengan wilayah-wilayah yang Jani tidak tahu sebelumnya walaupun ia seorang mahasiswa jurusan Sejarah. Entah itu Transmigrasi at...