Di bawah tatapan menusuk Sang Senopati, tabib itu berusaha memfokuskan pikirannya pada pemeriksaan yang dilakukannya.Punggung pria tua itu seperti kesemutan karena tatapan tajam sang Senopati yang menembus hingga ke tulangnya.
Tabib itupun menurunkunkan tangan Jani setelah mengecek denyut nadi. "Selain luka luar, anda baik-baik saja Raden ayu. Namun untuk umur kandungan 5 bulan tubuh anda terlalu kurus Raden Ayu, apakah anda memiliki gangguan makan?"
Jani memandang sang tabib bingung. "Bukankah kandunganku baru berumur 2 bulan? Aku masih ingat betul umur janinku terakhir kali, mana mungkin tiba-tiba menjadi 5 bulan?" Jani menatap tabib itu heran, kemudian barulah ia sadari perpindahan ruang dan waktu yang dialaminya kemungkinan memiliki andil besar akan segala perubahan yang di alaminya.
Byakta mendekati Jani, mengelus kepala sang kekasih dengan lembut. "Sejak kapan kau pergi dari Harkapura istriku?"
"Aku bahkan tidak pernah melangkah keluar dari gerbang Harkapura kangmas, akupun tidak mengerti kenapa aku terbangun di penjara panggaluh, lalu berada di tempat ini." Jani berkata dengan ekpresi bingung.
Menyadari pembicaraan ini bukan lagi ranah tabib tua, ia dengan segera merapihkan obat yang di bawanya kemudian segera berpamitan pergi, meninggalkan kamar Senopati Byakta.
"Kau tidak pernah meninggalkan Harkapura dan berkhianat ke panggaluh kan istriku?" Byakta bertanya dengan sorot mata dalam ke arah Jani, mencoba menelisik setiap kejanggalan yang mungkin ada.
Jani menggelengkan kepalanya, membantah perkataan Byakta. "Aku sempat ditarik kembali ke duniaku kangmas, dunia dimana hanya aku saja di sana. Aku bahkan tidak bisa membawanya kesana jika aku kebali, dia akan lenyap jika aku memilih kembali kangmas."
Jani menggelengkan kepalanya perlahan. "Rasanya akan sangat sulit jika kembali sendirian setelah keramaian yang tercipta Kangmas, jadi aku memutuskan kembali ke dunia ini, untuk hidup denganmu di Harkapura. Namun ternyata aku tidak bisa langsung kembali ke Harkapura. Karena gerbang penghubung dunia kita berada di panggaluh. Tempat Rinjani melemparkan dirinya untuk mati, oleh sebab itu aku kembali ke panggaluh, tempat pertama kali aku sampai kangmas."
Jani mengambil nafas, rasanya perutnya menjadi menyesakkan. Hah usia kandungannya sudah 5 bulan saja, benar-benar tidak di duganya. "Aku bahkan tudak mengerti kenapa dia tumbuh begitu cepat ketika aku membuka mataku, terakhir kali ia masih sangat kecil kangmas." Jani mengelus-elus perutnya yang sudah terlihat membuncit ketika terbangun di penjara.
Byakta yang sempat melupakan kehadiran puteranya karena rasa khawatir, tertarik untuk ikut mengusap-usap tempat anaknya bertumbuh ini. "Ya dia sudah besar istriku, rasanya Ayahanda baru kemarin mencampurkan obat penyubur ke minuman ibunda kalian." Jani hanya bisa mendelik sebal mendengar pengakuan Byakta, sementara Byakta hanya terkekeh riang di depan perut Jani.
"Tabib itu benar istriku, perutmu cukup besar, aku takut punggungmu patah. Aku akan memerintahkan prajurit mengantar makanan agar kau sanggup menopang putera kita 4 bulan lagi.
"Kangmas yakin sekali akan menjadi seorang putera."
Byakta tersenyum miring. "Tentu saja istriku, kangmas bahkan rela bertaruh. Jika yang lahir anak perempuan maka kau kangmas izinkan meminta apapun sesukamu, tapi jika yang lahir laki-laki maka kangmas mau 15 lagi."
Jani membelakan matanya terkejut, secara reflek memukul bahu tegap suaminya itu. "Kangmas! Aku bahkan tidak pernah lihat ibu kucing memiliki 15 anak."
"Kata siapa isteriku? Bahkan di negeri sebelah barat Harkapura ada seorang ratu yang melahirkan 100 anak sekaligus, 15 anak tentulah lebih mudah." Byakta semakin menyukai wajah kesal istrinya, tentu saja ia tidak serius dengan memiliki 15 anak, satu saja untuk membuat Anjaninya menetap di sisinya, itu lebih dari cukup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Senopati (END)
Historical FictionKecerobohan yang Jani lakukan berhasil mengantarnya kepada Perpindahan ruang dan waktu membuat Jani terjebak di kerajaan dengan wilayah-wilayah yang Jani tidak tahu sebelumnya walaupun ia seorang mahasiswa jurusan Sejarah. Entah itu Transmigrasi at...