Di sebuah ruangan peristirahatan Istana yang gelap, Maheswari meringkuk di atas ranjang peraduannya dengan mata yang terus meneteskan air mata. isak tangis pilunya sudah tidak terdengar lagi, akibat rasa lelah setelah menangis semalaman.
Dia telah kehilangan seluruh kekuasaan dan juga cinta yang ia idam-idamkan. karena kandanya yang sudah kembali ke tanah Harkapura ini memilih melampiaskan seluruh Amarahnya pada Maheswari dan merenggut nyawa para bangsawan serta pejabat tinggi istana yang telah bersengkongkol menjebak wanita tidak berguna itu.
KRAK
suara pintu yang di buka tidak membuat sang permasuri yang sudah dilengserkan secara tidak terhormat mampu mengalihkan perhatiannya. seperti biasa, dari suara langkahnya ia sudah tahu siapa yang datang.
seorang kakak yang sudah tidak menyayangi adiknya lagi karena seorang wanita hina yang sudah di jebaknya hingga meregang nyawa dengan menyedihkan.
Maheswari melirik Byakta yang sedang berdiri mengamatinya dari tepi ranjang, sosok kanda yang menyayangi dan mencintainya seakan tidak pernah ada dimata itu. hanya tersisa wajah penuh kebencian dan kekecewaan yang secara tidak sadar ditampilkan Byakta.
"Apa yang ingin kanda lihat lagi? aku sudah sangat menderita karena wanita murahan itu. wanita rendahan yang bisa menyingkirkan seorang bangsawan tinggi dan permasuri akibat kematiannya. aku merasa terhina kau menghukumku seperti ini haya karena wanita rendahan seperti itu."
Byakta tidak berkata apa-apa, ia hanya menatap Maheswari lalu mengibaskan tangannya untuk memerintah 4 pelayan yang ikut bersamanya. para pelayan itu langsung bergerak, memegangi Maheswari yang menunjukan perlawanan yang sangat kuat dengan rontaan brutal dan jeritan.
para pelayan itu memaksa Maheswari membuka mulutnya, memaksa maheswari meminum ramuan hitam dengan bau yang menyengat. maheswari berusaha sekuat tenaga untuk menyemburkan ramuan itu dari mulutnya, sepertinya usahanya sia-sia ketika Maheswari merasakan ramuan itu sudah masuk kedalam tenggorokannya hingga merasakan rasa pahit dan terbakar.
setelah mangkuk berisi Ramuan itu kosong, para pelayan dengan cepat meninggalkan Maheswari yang terlihat lemas dengan mata yang mengeluarkan air mata. "Tidak cukup kau merebut mahkotaku, singgasanaku, dan kekasihku. kau juga ingin merebut jiwaku?" tanya maheswari dengan suara yang tercekat.
Senopati Byakta menyeringai. "aku tidak memiliki ketertarikan untuk merebut jiwamu adikku, ibunda memohonkan nyawamu kepadaku. Aku hanya menginginkan seluruh yang kau cintai menghilang dari hidupmu."
maheswari menyerinyit ketika merasakan perutnya sekanat terlilit dari dalam. "AKH" Maheswari memegangi perutnya dengan kuat, air matnya mulai luruh disertai isak tangisnya.
"Kanda bagaimanapun anak ini tidak bersalah, tolong biarkan aku melahirkannya ke dunia kanda. aku sangat menginginkan seorang anak." mohon Maheswari dengan suara yang gemetar akibat rasa sakit.
"kau seharusnya berpikir seperi itu sebelum menghabisi janin milik Maharaja, kau seharusnya berpikir seperti itu ketika menjebak istriku hingga aku harus kehilangan wanita yang kucintai, kehilangan seorang putri yang sangat kunantikan, dan putraku yang kehilangan ibundanya. lagi pula anak yang kau kandung bukanlah anak dari Maharaja, malah dia memang adalah aib yang harus dihilangkan."
"Maheswari, kau selalu menghina istriku dengan kata-kata yang tidak pantas. sesungguhnya kau lah yang paling hina." ucap Byakta dingin dengan sorot mata tajam, seolah-olah Maheswari adalah wanita asing yang tidak pernah disayanginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Senopati (END)
Historical FictionKecerobohan yang Jani lakukan berhasil mengantarnya kepada Perpindahan ruang dan waktu membuat Jani terjebak di kerajaan dengan wilayah-wilayah yang Jani tidak tahu sebelumnya walaupun ia seorang mahasiswa jurusan Sejarah. Entah itu Transmigrasi at...